Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) berjanji bisa menyediakan bahan bakar minyak (BBM) yang lebih murah ke masyarakat dalam empat tahun ke depan. Hal tersebut bisa direalisasikan setelah pengembangan kapasitas lima kilang yang menghabiskan dana sekitar Rp 308,24 triliun atau US$ 25 miliar selesai pada 2020.
Achmad Fathoni Mahmud, Vice President Strategic Planning, Business Development, and Operation Risk Direktorat Pengolahan Pertamina mengaku tiga perusahaan yang dipercaya mengerjakan pengembangan kilang telah diminta untuk bisa membangun teknologi pengolahan minyak mentah dengan kandungan sulfur tinggi (
sour crude).
Menurut Achmad, harga
sour crude di pasar minyak internasional lebih rendah dibandingkan dengan harga minyak jenis
light sweet crude.
Sour crude juga disebutnya mampu diolah menjadi produk turunan BBM yang lebih banyak. Dia menjelaskan, selama ini kilang Pertamina banyak menggunakan minyak mentah
light sweet crude yang harganya relatif lebih mahal. Dengan program pengembangan ini kilang Pertamina akan mampu mengolah minyak
sour crude yang lebih murah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dengan margin yang semakin baik, diharapkan produk BBM kilang Pertamina akan menjadi yang paling kompetitif di kawasan Asia Pasifik," terang Achmad melalui siaran pers, Jumat (23/1).
Pada 10 Desember 2014,
Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi telah meneken nota kesepahaman dengan tiga perusahaan yang dipercaya mengerjakan rekayasa pengembangan kapasitas produksi kilang. Ketiganya adalah Saudi Aramco untuk kilang Dumai, Cilacap, dan Balongan, China Petroleum & Chemical Corporation (China Sinopec) untuk kilang Plaju, serta JX Nippon Oil & Energy Corporation untuk mengembangkan kilang Balikpapan.
“Melalui MoU ini, Pertamina ingin meningkatkan kapasitas kilang dari yang saat ini hanya mampu memproduksi 820 ribu barel per hari (BPH) menjadi 1,68 juta BPH,” ujar Rachmad ketika itu.
Kondisi KilangSementara Vice President Refining Technology Direktorat Pengolahan Budi Santoso Syarif mengungkapkan kondisi kilang Pertamina kini tidak lepas dari sejarah. Kilang-kilang Pertamina yang didirikan antara tahun 1920 hingga 1990-an di desain untuk mengolah minyak mentah lokal, yang umumnya berjenis light sweet crude.
"Hasilnya pun disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia pada saat itu, yaitu premium, kerosene, dan solar," kata Budi.
Terhitung 19 Januari 2015, harga jual BBM premium ditutunkan menjadi Rp 6.600 dari sebelumnya Rp 7.600 per liter atau Rp 1.000. Sementara harga solar diturunkan menjadi Rp 6.400 dari sebelumnya Rp 7.250 per liter atau Rp 850.
(gen)