Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai ekspor Indonesia pada tahun lalu mencapai US$ 176,3 miliar atau turun 3,4 persen dibandingkan dengan pencapaian 2013. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengklaim ekonomi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan banyak negara yang mengalami pelemahan ekspor lebih dalam.
“Pelemahan ekspor Jepang sebesar 3,3 persen, Brazil turun 7,1 persen dan Argentina turun 9,3 persen, sedangkan Indonesia hanya turun 3,4 persen,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (3/2).
Kendati secara keseluruhan ekspor turun, Rachmat mengatakan ekspor produk manufaktur meningkat 3,8 persen pada 2014. Kontribusi terbesar diberikan oleh ekspor perhiasan atau permata, yang naik sebesar 68,9 persen dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan penurunan nilai impor pada 2014 sebesar 4,5 persen, dengan nilai yang dicatat sebesar US$ 178,2 miliar. Selisih nilai ekspor yang masih lebih rendah dari impor, menyebabkan neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defisit sebesar US$ 1,8 miliar atau lebih rendah dari posisi 2013 yang negatif US$ 4,1 miliar.
Rachmat Gobel menilai penurunan impor disebabkan oleh permintaan barang modal dan bahan baku penolong yang berkurang. Tercatat, impor barang modal selama tahun lalu turun sebesar 7,1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan impor bahan baku penolong turun 4,1 persen.
“Kinerja impor Januari-Desember 2014 mengalami penurunan dipicu oleh menurunnya impor barang modal dan bahan baku penolong,” tutur Rachmat.
(ags/ags)