Permintaan Turun, Pemerintah Tak Berdaya Dongkrak Ekspor

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 17 Feb 2015 14:53 WIB
Untuk bisa meningkatkan ekspor, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengaku telah meminta masukan dari atase perdagangan di luar negeri.
Menteri Perdagangan Rahmat Gobel (kanan). (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menjelaskan penurunan nilai ekspor Januari 2015 sebesar 8,1 persen menjadi US$ 13,3 miliar dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya, akibat melorotnya permintaan Tiongkok mencapai 21,5 persen.

“Penurunan ekspor tersebut disebabkan oleh turunnya permintaan dari negara tujuan ekspor utama, seperti Tiongkok 21,5 persen, India 11,3 persen, dan Brasil, 16 persen,” ujar Rachmat di Jakarta, Selasa (17/2).

Kementerian Perdagangan mencatat, total ekspor Januari 2015 terdiri dari ekspor nonmigas sebesar US$ 11,2 miliar, turun 6,2 persen dari tahun sebelumnya, dan ekspor migas US$ 2,1 miliar yang melemah 17 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu ekspor migas pada Januari 2015 turun karena ekspor komoditas hasil minyak anjlok 22,6 persen, sedangkan gas juga turun 25,8 persen. Sektor pertambangan juga turun signifikan sebesar 16,3 persen menjadi US$ 1,7 miliar.

“Sektor tambang yang turun signifikan antara lain bijih, kerak, dan abu logam 33,1 persen, kemudian besi dan baja turun 24,8 persen, serta alumunium turun 26,5 persen,” jelasnya.

Selain itu, ekspor industri juga mengalami pelemahan. Pada Januari 2015 ekspor sektor tersebut melemah 4,7 persen menjadi US$ 9,1 miliar. Sektor industri yang turun signifikan antara lain bahan kimia organik sebesar 41,1 persen, pupuk 80,2 persen, dan mesin/pesawat mekanik turun 28,9 persen.

“Pelemahan ekonomi dunia terlihat sejak tahun lalu. Kami sudah undang seluruh atase perdagangan dan Direktur Jenderal Kementerian Perindustrian untuk membahas peningkatan ekspor nonmigas. Harapannya, ada penjelasan produk dukungan, dan atase bisa melihat potensi produk yang bisa di jual di negara tempat mereka bekerja,” jelas Gobel.

Impor Januari

Terkait realisasi impor Januari 2015 yang juga turun hingga mencapai 20,3 persen, Rachmat mengatakan hal tersebut bisa terjadi karena kebijakan yang diambil oleh Kementerian Perdagangan.

“Imbas dari berbagai pemberitaan di dalam negeri, impor barang konsumsi mengalami penurunan signifikan hingga 20,3 persen,” ujarnya.

Dua mengatakan pangsa impor barang konsumsi tercatat sebesar 6,2 persen dan nilainya menurun hingga 20,3 persen, yang tertinggi di antara struktur barang impor lainnya. Sementara barang konsumsi yang impornya turun signifikan antara lain daging, kendaraan bermotor, buah-buahan, barang dari kulit, dan pakaian jadi.

Pada Januari 2015, total nilai impor mencapai US$ 12,6 miliar, menurun 15,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2014 sebesar Rp 14,9 miliar.

“Bahan baku yang nilai impornya turun signifikan antara lain perangkat optik sebesar 16 persen secara tahunan, bahan kimia organik 15,3 persen, dan kapas 11 persen,” jelas Gobel.

Sementara itu, pangsa pasar impor barang modal juga mengalami penurunan 17,5 secara tahunan. Barang modal yang impornya turun signifikan antara lain mesin/peralatan listrik sebesar 20,1 persen, kendaraan dan bagiannya turun 10,8 persen, dan mesin-mesin yang melemah 9,2 persen.

Berdasarkan negara asal impor, sebagian besar impor dari negara mitra dagang utama mengalami penurunan antara lain dari Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Malaysia. Dari Jepang, impor kendaraan dan bagiannya, besi, baja, makanan olahan serta produk kimia juga turun.

Dari Malaysia, besi dan baja, makanan olahan, serta produk kimia juga mengalami penurunan. Sementara barang dari AS yang mengalami penurunan adalah mesin-mesin, produk kimia dan perangkat optik. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER