Pertamina Pangkas Belanja Modal Jadi US$ 4,4 Miliar Tahun Ini

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Selasa, 17 Feb 2015 16:05 WIB
"Cut off capex ini merupakan dampak dari tren menurunnya harga minyak dunia," ungkap Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman.
Sebanyak 75 persen belanja modal Pertamina tahun ini akan dialokasikan untuk investasi di sektor hulu migas. (ANTARA FOTO/Dedhez Angara)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tren pelemahan harga minyak dunia memberi dampak negatif terhadap industri minyak dan gas (migas). Tak hanya perusahaan asing, badan usaha milik negara (BUMN) seperti PT Pertamina (Persero) pun mau tak mau memangkas rencana investasinya tahun ini.

Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengungkapkan demi mengejar penghematan, perseroan menyiasatinya dengan menyisakan belanja modal (capital expenditure/capex) 2015 di angka US$ 4,4 miliar. Jumlah tersebut turun 12 persen dibandingkan proyeksi belanja modal yang sebelumnya sudah dirancang pada akhir 2014 kemarin di kisaran US$ 5 miliar-US$ 7 miliar.

"Kami melakukan cut off capex dari proyeksi sebelumnya US$ 5 miliar sampai US$ 7 miliar menjadi US$ 4,4 miliar. Ini merupakan dampak dari tren menurunnya harga minyak dunia," ungkap Arief di Jakarta, Selasa (17/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arief mengatakan, sebanyak 75 persen capex tahun ini dialokasikan untuk pengembangan sektor hulu Pertamina. Sementara 25 persen sisanya digunakan untuk menutupi kebutuhan investasi dan biaya operasional Pertamina di sektor hilir.

"Kenapa peruntukan hulu lebih besar, karena pendapatan perseroan memang masih didominasi dari sektor tersebut. Sementara di hilir sebagian dipakai untuk membangun infrastruktur gas (SPBG)," ujarnya.

Investasi Kilang Rp 17 triliun

Salah satu kegiatan investasi yang akan dibiayai perseroan tahun ini adalah program refinery development master plan (RDMP) yang diperkirakan membutuhkan dana investasi sekitar US$ 25 miliar sampai selesai dikerjakan pada 2020 bersama tiga perusahaan mitra dari luar negeri.

Untuk menutupi kebutuhan investasi megaproyek itu, Arief mengaku akan menyiapkan dana sebesar Rp 17 triliun per tahun yang dananya berasal dari sejumlah sumber.

"Dananya bisa berasal dari internal maupun kredit yang diberikan oleh pemasok fasilitas kilang minyak dan mitra bisnis. Kebetulan mereka (pemasok) menawarkan fasilitas kredit untuk proyek ini," tuturnya.

Pada Desember 2014 lalu, Pertamina telah meneken nota kesepahaman revitalisasi lima kilang pengolahan minyak bersama tiga perusahaan asing. Tiga perusahaan yang dipercaya mengerjakan rekayasa pengembangan kapasitas produksi kilang tersebut meliputi Saudi Aramco untuk kilang Dumai, Cilacap, dan Balongan; China Petroleum & Chemical Corporation (China Sinopec) untuk kilang Plaju; serta JX Nippon Oil & Energy Corporation untuk mengembangkan kilang Balikpapan.

Akan tetapi, seiring dengan studi kelayakan yang dilakukan perseroan bersama mitranya, kepemilikan saham Pertamina pada proyek tersebut diyakini hanya berkisar 13,75 persen mengacu dengan besaran investasi yang dialokasikan manajemen ketika pertama kali menyusun program RDMP tersebut.

“Kajian RDMP mengatakan sharing Pertamina dari hitung-hitungan detil yang saya coba lihat, ternyata share kepemilikan Pertamina cuma 13,75 persen. Hal ini akan menjadi wake up call bagi BOD yang baru, apakah ini yang mau kita jalankan?,” ujar Rachmad dikutip dari laman Pertamina.

Untuk dapat memegang kepemilikan 55 persen dalam skema joint venture bersama mitranya nanti, Rachmad menyebut Pertamina harus menyediakan dana segar minimal Rp 17 triliun per tahun sampai program RDMP selesai dibangun. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER