Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) berhasil memproduksi 40,2 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) sepanjang 2014 lalu. Realisasi produksi tersebut setara dengan 101,3 persen dari target yang telah ditetapkan.
Field Manager Prabumulih Pertamina EP Muhammad Nur menjelaskan, realisasi produksi tersebut terdiri dari produksi gas sebanyak 169,1 juta kaki kubik gas perhari (MMSCFD), naik 2,7 persen dari target sebesar 164,64 MMSCFD.
Sementara realisasi produksi minyak rata-rata sebanyak 10.999 barel per hari (BPH), atau 97,8 persen dari rencana yakni sebesar 11.245 BPH.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami berhasil melakukan langkah-langkah intesifikasi dan ekstensifikasi tahun lalu hingga mampu mendongkrak target 2014, terutama untuk produksi gas,” ujar Muhammad Nur, dikutip dari laman Pertamina, Kamis (12/2).
Menurutnya upaya intensifikasi dilakukan melalui relokasi, pipanisasi, dan reparasi pipa gas. Sebagai contoh, dia menunjukkan kebijakan melakukan relokasi kompresor gas berkapasitas 2,5 MMSCFD dari Beringin ke Prabumulih Barat telah meningkatkan penjualan gas sekitar 2 MMSCFD.
Selanjutnya, pemasangan trunkline gas dari Kuang ke Pagar Dewa untuk memproduksikan sumur-sumur gas di Kuang (KAG-02 dan KAG-E22) mampu menambah penjualan gas sekitar 2 MMSCFD.
Sementara melalui upaya ekstensifikasi, Pertamina EP berhasil menyelesaikan pengeboran sumur baru OGN-36 dan OGN-38 yang menghasilkan minyak dengan produksi masing-masing sebesar 650 dan 1000 BPH.
Di samping itu, pengeboran sumur PMB-28 mampu menyumbang produksi minyak sebanyak 241 BPH dan gas 4,15 MMSCFD, PMB-29 (minyak 350 BPH dan gas 3 MMSCFD), PMB-30 (minyak 300 BPH dan gas 3 MMSCFD), dan PMB-31 (minyak 105 BPH dan gas 5,7 MMSCFD).
Selain itu dari kegiatan reparasi di sumur-sumur OGN-34 sukses memberikan tambahan produksi 300 BPH, PMB-23 (minyak 350 BPH dan gas 4 MMSCFD), PMB-20 (minyak 250 BPH dan gas 4,5 MMSCFD), PMB-21 (minyak 150 BPH dan gas 3 MMSCFD).
“Kegiatan reaktivasi sumur
suspended dilakukan di tujuh sumur pada struktur Talang Jimar dan mampu menyumbang minyak sebesar 151 BOPD,” katanya.
Pencapaian tersebut bukan tanpa tantangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Kendala teknis klasik yang menjadi ciri khas lapangan Prabumulih adalah tingginya angka
natural decline rate struktur PMB sebesar 40,8 persen per tahun dibanding struktur lainnya rata-rata 23 persen per tahun.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena struktur PMB merupakan salah satu struktur primadona yang dimiliki lapangan Prabumulih.
“Meski demikian melalui upaya agresif dalam melakukan reparasi sumur-sumur potensial, tantangan penurunan produksi akibat tingginya natural
decline rate yang ekstrim itu mampu diatasi oleh pekerja di lapangan Prabumulih,” tutur Muhammad Nur.
(gen)