Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Pertamina (Persero) meminta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menunda rencana penurunan harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang sedianya ditetapkan hari ini. Perusahaan pelat merah itu justru ingin harga solar dinaikkan.
Permintaan tersebut berangkat dari mulai naiknya harga minyak di pasar Singapura (Mean of Platts Singapore) yang saat ini berada di angka US$ 57 per barel dengan kurs Rupiah di level 12.800 per dollar AS. "Maunya Pertamina (harga jual) malah naik agar perusahaan tidak rugi. Syukur-syukur ada untung walau kecil," ujar Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang di Jakarta, Jumat (13/2).
Wacana penaikan harga solar sendiri, Bambang bilang, didasarkan pada kerugian yang dialami perseroan pada saat penyaluran BBM bersubsidi yang ditugaskan dalam beberapa waktu terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun lalu, perusahaan minyak dan gas pelat merah tersebut mengalami kerugian Rp 3,92 triliun dari penyaluran BBM bersubsidi untuk jenis premium, solar dan minyak tanah.
Untuk itu ia pun meminta pemerintah menolak desakan Komisi VI DPR RI yang menginginkan harga solar diturunkan menjadi Rp 6.200 per liter dari harga saat ini di angka Rp 6.400 per liter.
"Dengan harga Rp 6.400 per liter dan subsidi Rp 1.000 per liter saja, Pertamina masih rugi Rp 351 per liter. Kalau diturunkan pasti akan lebih rugi, kecuali pemerintah menambah besaran subsidinya," tutur Bambang.
Tunda Penurunan Harga PertamaxDi kesempatan yang sama, Bambang mengatakan Pertamina juga menunda penurunan harga jual pertamax menyusul tren meningkatnya harga MoPS dalam beberapa waktu terakhir. Sebelumnya, Pertamina berencana menurunkan harga pertamax dari kisaran harga saat ini di angka Rp 8.000 per liter.
"Rencananya kami mau turunkan dibawah Rp 8.000 per liter, tapi kok MOPS malah naik ya. Sekarang sih masih dievaluasi jadi kita tunda untuk lihat (perubahan harga) dulu," ujarnya.
(ded/ded)