Menteri Gobel Khawatir Indonesia Tak Berdaya dalam MEA

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Senin, 23 Feb 2015 15:58 WIB
Rachmat Gobel mencontohkan, neraca perdagangan Indonesia dengan hampir ke seluruh negara ASEAN mengalami defisit, kecuali terhadap Filipina.
Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan beserta Menteri Perdagangan Rachmat Gobel dan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dalam konferensi pers pelarangan penjualan minuman beralkohol oleh ritel dan pengecer di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (28/1). (CNN Indonesia/Giras Pasopati)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan Rachmat Gobel pesimistis Indonesia siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Pasalnya belum ada tanda-tanda neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara di Asean, surplus dalam beberapa tahun terakhir.

"Pak Presiden nanya ke para Menteri, kita harus kasih insentif apa biar pengusaha dalam negeri bisa bersaing di MEA?," kata Gobel dalam diskusi bersama para ekonom di kantornya di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (23/2).

Gobel mencontohkan defisit neraca perdagangan Indonesia dengan hampir ke seluruh negara ASEAN itu negatif, namun hanya dengan Filipina positif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau mengenakan tarif impor itu sudah sangat sulit karena semuanya sudah terbuka. Kelemahan kita dalam menghadapi MEA adalah kurang persiapan arahnya kemana," kata Gobel.

Gobel menjelaskan strategi menghadapi MEA salah satunya adalah meningkatkan volume ekspor. Gobel berharap adanya pemanfaatan pasar domestik untuk menyerap produk-produk global. Pengusaha juga diminta kreatif memproduksi produk-produk yang digemari masyarakat Indonesia.

“Cara itu dilakukan untuk mengamankan pasar dalam negeri dan meminimalisir serbuan barang impor yang begitu besar. Termasuk mafia harus diberesin," kata Gobel.

Ekonom Universitas Gajah Mada Tony Prasetiantono meminta pemerintah tak hanya mengejar target ekspor yang tinggi selama 5 tahun ke depan. Hal penting yang tak boleh dilupakan yaitu pembangunan industri dalam negeri yang mampu menciptakan barang substitusi impor. Pasalnya, dengan kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), barang-barang impor diyakini akan mampu masuk dengan mudah ke pasaran Indonesia.

"Kalau tadi dibahas soal bagaimana mencapai target ekspor, saya lebih menekankan pembangunan industri sebagai substitusi barang impor," ujar Tony.

Menurut dia, pembangunan industri dalam negeri sangatlah penting dilakukan. Tony menilai hal itu merupakan benteng utama produk-produk dalam negeri dari serbuan barang impor. Berdasarkan data yang ditunjukannya, perdagangan Indonesia di ASEAN sudah mulai tergerus oleh negara lainnnya.

"Dengan Malaysia kita sempat surplus di 2011 sekarang defisit. Vietnam juga defisit, Brunei juga kita defisit (karena migas). Sedangkan Laos flat, Timor Leste masih suplus, mungkin karena kita ekspor Indomie. Filipina dan Kamboja masih surplus," kata dia.

Oleh karena itu, dengan data yang ia tunjukan, maka pengembangan industri dalam negeri harus dilakukan mulai saat ini. Bahkan, agar target ekspor meningkat, Tony menyarankan adanya merger antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER