Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) masih yakin mampu mencapai swasembada beras dalam waktu tiga tahun ke depan, meskipun saat ini beras masih sering menghilang di pasaran yang mengakibatkan harga melonjak.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengaku untuk bisa mencapai target tersebut, pemerintah terus memperbaiki strategi. “Dari irigasi, penyediaan bibit, pupuk. Jika semuanya bagus, maka akan terjadi peningkatan produktivitas. Swasembada bisa tercapai,” ujar Sofyan ketika mendampingi Jokowi mengunjungi Gudang Bulog di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (25/2).
Sofyan mengaku selama beberapa bulan pemerintahan baru berjalan, baru kali ini saja harga beras melonjak tajam. Namun dia memperkirakan mulai bulan depan, harga akan kembali stabil karena panen raya sudah mulai berlangsung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena selama ini produksi kita tidak surplus. Maka di sini Bulog berperan untuk melakukan stabilisasi. Ada mekanisme pasar, kalau saya percaya invisible hand terkait suplai dan permintaan. Belum sampai pada penimbunan dan pengaturan harga,” tegas Sofyan.
Karena meyakini tidak ada praktik penimbunan dan pengaturan harga beras, Sofyan menganalisis kelangkaan beras yang terjadi disebabkan oleh kurang tingginya hasil produksi beras tahun lalu.
“Petani juga mulai meninggalkan lahan dan bekerja di sektor modern. Target produksi tahun ini belum bisa mencapai swasembada. Kalau bisa mencapai 72 juta ton, baru masuk kategori swasembada,” kata Sofyan.
Produksi AnjlokKetua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Bayu Krisnamurthi mengamini pernyataan Sofyan dengan menegaskan melambungnya harga beras dalam beberapa bulan terakhir murni karena anjloknya produksi nasional pada 2014.
Mantan Wakil Menteri Pertanian dan Wakil Menteri Perdagangan itu menilai aksi spekulasi di tingkat distributor wajar terjadi sebagai respons atas kelangkaan beras.
"Spekulasi itu respons terhadap situasi dan tidak selalu jahat. Wajar saja karena pedagang juga mau untung," ujarnya kepada CNN Indonesia, Selasa (24/2).
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Bayu mengatakan volume produksi beras nasional pada tahun lalu turun 0,9 persen menjadi 70,6 juta ton dibandingkan jumlah produksi 2013 sebanyak 71,27 juta ton. Menurut Bayu, pasokan beras semakin susut di pasar ketika pemerintahan Joko Widodo menghentikan penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin) pada November dan Desember 2014.
"Kalau buat Indonesia penurunan (pasokan) itu sesuatu banget," katanya.
(gen)