Jakarta, CNN Indonesia -- Anjloknya harga minyak dunia hingga menembus ke level US$ 50 per barel berdampak negatif terhadap sejumlah perusahaan jasa penunjang minyak dan gas bumi (migas) nasional. Ketua Dewan Pimpinan Jasa Konstruksi Surface Pandri Prabono mengestimasi nilai pengadaan barang dan jasa migas Indonesia turun hingga 20 persen mengikuti tren pelemahan harga minyak.
Kondisi ini sejalan dengan penundaan sejumlah proyek eksplorasi dan perawatan sumur akibat turunnya angka investasi sektor hulu migas 2015.
"Sebenarnya dampaknya bisa dilihat dari turunnya nilai investasi di sektor hulu migas. Kan hampir 80 persen investasi diserap oleh perusahaan penunjang migas. Makanya kami yang paling berdampak kalau-kalau KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) mengerem investasinya," tutur Pandri di Jakarta, Kamis (26/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), angka investasi sektor hulu migas Indonesia tahun ini direncanakan mencapai US$ 22,2 miliar. Angka ini lebih rendah 13,3 persen ketimbang target investasi tahun lalu yang berada di kisaran US$ 25,64 miliar.
Pandri menjelaskan menurunnya angka proyeksi investasi dilatarbelakangi oleh pelemahan harga minyak dunia yang berimbas pada ditundanya sejumlah kegiatan produksi kontraktor kontrak kerjasama (KKKS). Sayangnya, Pandri enggan membeberkan lebih lanjut proyek mana saja yang mengalami penundaan.
"Kalau proyek yang besar-besar seperti IDD (Indonesia Deepwater Development) rasanya tidak akan terganggu karena proyek mereka masih panjang. Yang kami rasakan malah yang sedang berjalan dan sudah berproduksi," katanya.
Pada kesempatan berbeda, Staf Ahli Kepala SKK Migas, Haposan Napitupulu tak menampik adanya penundaan kegiatan eksplorasi dan produksi di wilayah kerja migas Indonesia akibat kejatuhan harga minyak.
"Mungkin akan terlihat dalam revisi Work Program and Budgeting (WP&B) Maret ini. Kami memang mempersilakan KKKS untuk mereview tapi catatannya mereka harus menjaga produksi agar sesuai dengan target APBNP 2015," tuturnya.
Sebagai informasi, dari target investasi sebesar US$ 22,2 miliar, sebanyak US$ 14,8 miliar atau sekitar 66,4 persen akan digunakan untuk kegiatan pengeboran 952 sumur work over dan pemeliharaan 38.914 sumur. Adapun biaya pengembangan 783 sumur, diprediksi menelan dana US$ 4,7 miliar atau sekitar 21,2 persen, sedangkan sisanya atau sekitar US$ 2,7 miliar akan digunakan untuk menutupi biaya-biaya lainnya seperti administrasi dan biaya umum.
(ags/gen)