Produksi Stagnan, Indonesia Bakal Impor Batu Bara pada 2036

Immanuel Giras Pasopati | CNN Indonesia
Jumat, 27 Feb 2015 08:28 WIB
PLN memprediksi Indonesia bakal mengimpor batubara pada 2036 jika kebutuhan dan ekspor terus meningkat, tetapi produksi masih berada pada level yang stagnan.
Proses bongkar muat batu bara dari kapal ke truk pengangkut di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memprediksi Indonesia bakal mengimpor batubara pada 2036 jika kebutuhan dan ekspor terus meningkat, tetapi produksi masih berada pada level yang stagnan.

“Jika pertumbuhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan ekspor batubara adalah  8.4 persen per tahun, maka kebutuhan PLN dan ekspor hingga 2036 mencapai 31.370 miliar ton, padahal disebutkan cadangan yang ada tinggal 31.360 miliar ton,” ujar Kepala Divisi Batubara PLN, ‎Helmi Najamudin di Jakarta, Kamis (26/2).

Helmi menjelaskan, kebutuhan PLTU yang dikelola PLN dan Independent Power Plant (IPP) di seluruh Indonesia pada 2015 diprediksi bakal mencapai 87,65 juta ton. Sementara itu, hingga 2019, diperkirakan kebutuhan bakal mencapai 166,16 juta ton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Jumlah itu sudah menghitung rencana pemerintah untuk pengadaan listrik 35.000 megawatt. Maka akan ada penambahan kebutuhan yang cukup signifikan,” katanya.

Helmi menjelaskan, pada 2015, kebutuhan batubara PLTU milik PLN dan IPP bakal bertambah 11,4 juta ton untuk program 35.000 megawatt tersebut. Jumlah tersebut bakal terus meningkat hingga pada 2019 diperkirakan mencapai 89,9 juta ton dari total kebutuhan 166 juta ton.

Padahal, dalam susunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Tahun 2015-2019 dituliskan bahwa kebutuhan batubara untuk PLTU hanya mencapai 119 juta ton.

“Makanya susunan RPJMN itu tidak sesuai dan sebaiknya direvisi, karena ada selisih sekitar 60 juta ton dengan perhitungan PLN,” ungkap Helmi.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara ESDM, R. Sukhyar mengatakan pihaknya akan segera melakukan revisi untuk memenuhi kebutuhan PLTU di seluruh Indonesia hingga 2019. Namun, untuk prediksi impor pada 2036, dia menilai hal itu masih bisa dikaji.

“Kalau produksi 400 juta ton per tahun, maka masih bisa memenuhi kebutuhan hingga 2036. Kecuali ekspor dan kebutuhan naik terus. Kita harus terus menurunkan ekspor. Yang penting produksi dipertahankan. Kalau produksi turun, ya bisa tutup perusahaannya,” ujar dia.

Menurutnya, kebanyakan alasan perusahaan batubara untuk melakukan ekspor karena memang kebutuhan dalam negeri lebih kecil. Apalagi, batubara tidak bisa disimpan terlalu lama.

“Makanya, mau tidak mau harus dieskpor, daripada tidak laku di dalam negeri,” kata dia. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER