Merugi, Kinerja Keuangan Indonesia AirAsia Terpengaruh QZ8501

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Jumat, 27 Feb 2015 15:44 WIB
PT Indonesia AirAsia membukukan pendapatan Rp 6,34 triliun sepanjang 2014, namun masih merugi Rp 856,33 miliar akibat biaya operasional membengkak.
(CNN Indonesia/
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Indonesia berhasil menorehkan peningkatan pendapatan sebesar 10,89 persen di kuartal IV 2014 menjadi Rp 1,73 triliun dari realisasi pendapatan periode yang sama di 2013 sebesar Rp 1,56 triliun.

Chief Executive Officer AirAsia Group Tony Fernandes menjelaskan setelah dipotong biaya operasional, bahkan Indonesia AirAsia masih bisa menorehkan laba operasi sebesar Rp 23,38 miliar dibandingkan torehan rugi kuartal III 2014 sebesar Rp 369,09 miliar.

“Indonesia AirAsia dalam jalur perbaikan yang tepat dengan berhasil memperoleh laba operasi tersebut. Hal itu bisa terjadi setelah mereka menutup rute-rute penerbangan yang tidak produktif,” kata Tony dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Malaysia, Jumat (27/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada kuartal III tahun lalu, Indonesia AirAsia memang telah menutup sejumlah rute yang tidak menguntungkan seperti Ujung Pandang-Jakarta, Ujung Pandang-Surabaya, dan Ujung Pandang-Denpasar. Sekaligus menambah frekuensi penerbangan rute yang mendatangkan uang seperti Jakarta-Surabaya dan Jakarta-Medan.

Laporan keuangan kuartal IV 2014 AirAsia Berhad yang dipublikasikan di Bursa Malaysia menyebutkan secara kumulatif, sepanjang tahun lalu Indonesia AirAsia berhasil mengantongi pendapatan Rp 6,34 triliun naik 9,31 persen dibandingkan realisasi pendapatan 2013 sebesar Rp 5,8 triliun.

Namun, naiknya pendapatan tersebut juga diimbangi oleh bertambahnya biaya operasional perseroan. Sehingga Indonesia AirAsia mengalami rugi setelah pajak sebesar Rp 856,33 miliar atau naik 129,02 persen dibandingkan kerugian setelah pajak di 2013 sebesar Rp 373,91 miliar.

Salah satu komponen biaya operasional yang melonjak signifikan adalah biaya sewa pesawat menjadi Rp 1,18 triliun naik 37,19 persen dibandingkan biaya sewa pesawat 2013. Dengan menyebutkan jumlah pesawat yang dioperasikannya tetap berjumlah 30 unit meskipun salah satu pesawatnya bernomor penerbangan QZ8501 mengalami kecelakaan di Selat Malaka pada 28 Desember 2014, bisa dipastikan perseroan mengeluarkan uang lebih banyak untuk menyewa pesawat pengganti tersebut.

“Pelemahan nilai tukar rupiah serta kecelakaan yang akhir tahun lalu terjadi turut berdampak pada kinerja Indonesia AirAsia. Butuh waktu untuk bisa pulih dari tragedi tersebut. Bahkan pada awal 2015, dampak dari kecelakaan tersebut berimbas pada turunnya permintaan tiket Indonesia AirAsia. Namun saat ini kami melihat sudah pulih,” kata Tony.

Target Penumpang Meleset

Indonesia AirAsia yang 49 persen sahamnya dikuasai oleh AirAsia Berhad Malaysia tersebut menerbangkan sebanyak 7,85 juta penumpang sepanjang 2014. Jumlah penumpang tersebut berkurang 3.310 orang dibandingkan realisasi jumlah penumpang tahun sebelumnya.

Meskipun jumlah pesawat yang dioperasikan tahun lalu tidak berubah dibandingkan 2013 sebanyak 30 pesawat, namun penurunan jumlah penumpang disebabkan oleh berkurangnya jumlah penerbangan perseroan menjadi 55.796 kali dibandingkan 2013 sebanyak 57.301 kali akibat penutupan rute yang tidak produktif.

Realisasi penumpang 2014 diketahui meleset dibandingkan target yang dipasang Presiden Direktur Indonesia AirAsia Sunu Widyatmoko sebanyak 8 juta penumpang. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER