Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih akan berlanjut. Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan otoritas moneter sudah bersiap untuk menghadapi risiko terburuk depresiasi kurs.
"Kami harus siap ke depan akan ada depresiasi karena dolar terjadi penguatan," kata Agus di Gedung BI, Jumat (27/2).
Menurut Agus, nilai tukar dolar AS terhadap semua mata uang di dunia mengalami penguatan, tidak terkecuali terhadap rupiah. Hal tersebut terjadi seiring dengan membaiknya perekonomian Amerika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus mengatakan tingkat depresiasi rupiah terhadap dolar AS masih lebih rendah dibandingkan dengan kejatuhan mata uang sejumlah negara. Kondisi ini dinilainya tidak terlalu menguntungkan perekonomian Indonesia, terutama dari sisi ekspor.
"Depresiasi yang dialami oleh rupiah itu dibandingkan dengan currency yang lain, seperti Korea, seperti Jepang, itu mereka jauh lebih terdepresiasi," kata Agus.
Kendati demikian, Agus menilai perekonomian nasional masih tergolong baik karena pasar masih menaruh kepercayaan pada Indonesia. Hal itu tercermin dari aliran modal skala besar yang masih masuk ke Indonesia pad atahun lalu.
"Saya kasih contoh, di saat negara-negara lain tahun 2014 kesulitan menerima masukan dana, kita bisa sampai Rp 140 triliun dana masuk. Sekarang ini, bulan Februari belum selesai dana masuk ke Indonesia sudah Rp 53 triliun untuk ke pasar saham, ke pasar obligasi. Tahun lalu sampai tanggal segini itu baru Rp 30 triliun," jelas Agus.
Sebagai informasi, beberapa waktu terakhir nilai tukar rupiah terus tertekan hingga hampir menyentuh level psikologis Rp 13.000 per dolar AS. Hari ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp Rp12.932, anjlok 0,79 persen dari penutupan perdagangan Kamis (26/2) yang berada di level Rp 12.872 per dolar AS.
(ags/ags)