Jakarta, CNN Indonesia -- Sehari setelah mengumumkan penutupan pabrik di Indonesia, General Motors (GM) menyatakan juga akan menghentikan produksi Chevrolet Sonic di Thailand pada pertengahan tahun ini.
Seperti diberitakan Reuters, prinsipal mobil Amerika Serikat itu akan mengurangi produksi Pabrik Chevrolet di Rayong, Bangkok, Thailand, yang saat ini kapasitasnya sebesar 180.000 unit per tahun.
GM tidak mengelaborasi lebih lanjut, tetapi manajemen pada Jumat (27/2) menyatakan akan memulai program " Pemberhentian Pekerja Secara Sukarela" bagi para karayawannya. Secara total, GM mempekerjakan sekitar 3.200 orang di Thailand.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, produsen otomotif yang berbasis di Detroit, AS, ini masih akan menjual mobil, seperti Chevolet Cruze di kawasan Asia Tenggara. Penjualan mobil jenis sedan ini didorong sebagai pengalihan fokus atas penjualan SUV dan pickup 'warisan Amerika' seperti Trailblazer dan Colorado.
Restrukturisasi GM di bawah kepemimpinan Executive Vice President Stefan Jacoby itu, menandai upaya efisiensi GM di kawasan Asia. Pihak GM telah mengisyaratkan biaya restrukturisasi keseluruhan pada tahun ini sekitar US$ 700 juta atau sekitar Rp 9 triliun.
Dominasi JepangSetelah delapan dekade di Indonesia, menurut LMC Automotive, pangsa pasar GM hanya di bawah 1 persen. Mobil Chevrolet hanya terjual kurang dari 11.000 unit di Indonesia pada tahun lalu. Sementara itu, duet Toyota-Daihatsu bersama prinsipal otomotif Jepang lainnya mengendalikan lebih dari 90 persen pasar Indonesia.
Jacoby mengakui bahwa GM keliru dalam menghadapi prinsipal otomotif Jepang di pasar Indonesia, yang disebutnya sebagai "halaman belakang" Jepang. Chevrolet Spin, produk otomotif strategis yang cukup sukses di Brazil, ternyata terlalu mahal untuk diproduksi dan dipasarkan di Indonesia karena sebagian besar komponennya harus diimpor.
"Kami tidak bisa meningkatkan produksi Spin untuk meningkatkan volume penjualan seperti yang kami harapkan, meskipun produknya benar-benar baik, "kata Jacoby kepada Reuters.
Menurut Jacoby, rantai logistik Spin terlalu kompleks. Dengan volume penjualan yang rendah, kata Jacoby, GM tidak mampu melokalisir Spin sesuai dengan yang diharapkan. "Dari sudut pandang biaya, tidak kompetitif," tuturnya.
LMC Automotive merilis penjualan mobil GM di Thailand pada tahun lalu hampir 26.000 unit atau menguasai pangsa pasar sebesar 3 persen. GM harus bersaing dengan rival utamanya, prinsipal-prinsipal asal Jepang, yang secara keseluruhan merajai pasar otomotif Thailand dengan penguasaan lebih dari 60 persen. Pihak GM memutuskan akan menghentikan penjualan Spin dan Sonic di Thailand pada bulan Juni.
Sementara itu, GM memutuskan untuk melakukan reposisi merek Chevrolet di kawasan Asia Tenggara, dengan menggandeng produsen mobil Wuling asal Tiongkok, SAIC Motor Corp. Keduanya berencana untuk mendirikan fasilitas manufaktur di dekat Jakarta, tetapi tidak tertarik untuk mengambil alih pabrik Chevrolet di Bekasi.
Transformasi bisnis di Indonesia dan Thailand merupakan kelanjutan dari keputusan GM menghentikan produksi mobil Holden di Australia pada 2013.
(ags)