Pemerintah Pangkas Target Pemanfaatan BBN Jadi 3 Juta KL

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Selasa, 03 Mar 2015 15:46 WIB
Awalnya, pemerintah menargetkan bisa meningkatkan lebih dari 100 persen pemanfaatan BBN dari realisasi 2014 sebanyak 1,8 juta KL menjadi 3,5 juta KL.
Proses produksi pabrik biodiesel di Banten, Jawa Barat. (REUTERS/Beawiharta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali merevisi target pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) tahun ini menjadi 3 juta kiloliter (KL), angka tersebut turun 500 ribu KL dari target awal 3,5 juta KL. Pemangkasan target tersebut disebabkan oleh besaran nilai subsidi BBN yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan juga rendahnya daya serap BBN oleh PT Pertamina (Persero) dalam beberapa tahun terakhir.

Awalnya, pemerintah menargetkan bisa meningkatkan lebih dari 100 persen pemanfaatan BBN dari realisasi 2014 sebanyak 1,8 juta KL menjadi 3,5 juta KL. Bahkan, dari angka 3,5 juta KL tersebut sudah dialokasikan sebesar 3,41 juta KL diantaranya untuk produk biosolar dan 0,117 juta KL lainnya berupa bioethanol.

“Namun, target tahun ini jadi hanya berkisar di 3 juta KL karena Januari sampai Februari ini realisasinya sangat rendah," ujar Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana di Jakarta, Selasa (3/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tetap Subsidi

Demi mencapai target pemanfataan BBN tahun ini, pemerintah pun memastikan akan tetap memberikan subsidi sebesar Rp 4 ribu per liter untuk produk biosolar dan Rp 3 ribu per liter untuk produk bioethanol meski usulan subsidi dibatalkan DPR.

Untuk menyiasatinya, pemerintah mengubah formula pembentukan harga biodiesel (harga indeks pasar/HIP) dari berbasiskan minyak Mean of Platts Singapore (MoPS) menjadi harga patokan ekspor minyak sawit atau crude palm oil (CPO) yang ditetapkan Menteri Perdagangan dengan periode satu bulan sebelumnya, ditambah besaran konversi CPO menjadi Biodiesel sebesar US$ 188 per metrik ton dengan faktor konversi sebesar 870 kilogram per meter kubik.

Sedangkan untuk produk bioetanol, HIP BBN jenis bioetanol yang dicampurkan ke dalam jenis BBM khusus penugasan didasarkan pada harga publikasi Argus untuk Ethanol free on board (FOB) Thailand dengan rata-rata periode satu bulan sebelumnya ditambah 14 persen indeks penyeimbang produksi dalam negeri dengan faktor konversi sebesar 788 kg per meter kubik.

"Intinya pemerintah masih akan memberi subsidi BBN maksimal Rp 4 ribu per liter dan subsidi tadi untuk meningkatkan investasi di industri BBN," pungkas Dadan. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER