Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia turun 1 persen, Senin (2/3), setelah sebelumnya sempat naik untuk kali pertama sejak Juni 2014. Sementara harga bahan bakar minyak (BBM) justru naik mulai Minggu (1/3) kemarin.
Penurunan ini, seperti dilansir oleh kantor berita Reuters, terjadi akibat berlanjutnya pelemahan sektor manufaktur Tiongkok dan tingginya produksi Libya.
Bank sentral Tiongkok melakukan pemotongan suku bunga acuan, sehari sebelum merilis data resmi yang menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas manufaktur untuk Februari.
Minyak Brent LCOc1 turun 52 sen ke angka US$ 62.06 per barel, setelah sebelumnya sempat naik 18 persen pada Februari, yang terbesar sejak Mei 2009. Sedangkan minyak Amerika Serikat CLc1 turun 49 sen ke US$ 49,27 per barel, setelah sebelumnya naik 3 persen pada Februari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penurunan harga minyak dunia ini mengikuti naiknya produksi minyak Libya ke angka lebih dari 400.000 barel per hari (bpd). Menteri Perminyakan Irak Adel Abdel Mehdi, pada Minggu (1/3) kemarin, meyakini harga minyak dunia akan rebounding secara berkala dan dia yakin angkanya akan mencapai US$ 65 per barel. (Baca:
Menteri Irak Ramalkan Harga Minyak Naik ke US$ 65 per Barel)
Sementara di tanah air, harga bahan bakar justru sedang di jalur naik. Harga BBM Premium di luar Jawa-Madura-Bali yang sebelumnya Rp 6.600 per liter naik menjadi Rp 6.800 per liter. (Baca:
Besok, Harga Premium Naik Rp 200 Jadi Rp 6.800 Per Liter)
Begitu juga harga Pertamax, naik Rp 200 per liter. Mulai Minggu (1/3) harga Pertamax menjadi Rp 8.250 per liter. Sebelumnya harga Pertamax adalah Rp 8.050 per liter.
Pemerintah menyatakan penyesuaian harga BBM dilakukan untuk menjaga kestabilan sosial ekonomi pengelolaan harga dan logistik. Selain itu, fluktuasi harga minyak dunia yang masih terjadi juga menjadi pertimbangan.
(ded/ded)