Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan kembali menawarkan satu proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian konsentrat (
smelter) tembaga dalam waktu dekat. Ini dilakukan demi menyiasati tingginya permintaan tembaga murni dalam negeri untuk beberapa tahun ke depan.
“Pasca 2023 kita masih memerlukan satu lagi tambahan
smelter tembaga dengan kapasitas antara 500 ribu sampai 700 ribu ton konsentrat. Soalnya
smelter yang ada sekarang (PT Smelting) dan yang akan dibangun Freeport di Gresik beserta Pemda di Papua masih belum mampu menyerap dan mencukupi kebutuhan,” ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara R. Sukhyar di Jakarta, Senin (2/3).
Berdasarkan proyeksi Kementerian Perindustrian, pada 2025 Indonesia membutuhkan sedikitnya 1,68 juta ton tembaga murni per tahun dengan total kebutuhan pasokan mencapai 4,8 juta ton konsentrat per tahun.
Dengan proyeksi produksi tembaga murni sepuluh tahun mendatang mencapai angka 1,3 juta ton. Itu artinya Indonesia masih harus memproduksi 300 ribu ton tembaga murni per tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sukhyar mengungkapkan, untuk menutupi angka tersebut pemerintah masih membutuhkan satu
smelter lagi dengan daya serap mencapai 500 ribu sampai 700 ribu ton konsentrat per tahun.
“Nanti akan kita carikan lokasinya, antara Sumbawa atau Sulawesi. Yang pasti wilayah tersebut harus ada industri pendukung seperti sumber energi listrik dan industri pengolahan limbah
smelter seperti semen dan petrokimia,” ujar Sukhyar.
Sukhyar mengatakan saat ini ada dua investor yang akan membangun
smelter di Indonesia. Pertama, PT Freeport Indonesia yang akan membangun
smelter tembaga katoda di Gresik, Jawa Timur dengan kebutuhan konsentrat sebanyak 2 juta ton per tahun. Kedua, Pemerintah Daerah Mimika yang akan membangun
smelter di Papua dengan kebutuhan konsentrat sebanyak 900 ribu ton per tahun.
Sementara satu
smelter tambaga yang saat ini telah berproduksi ialah milik PT Smelting di Gresik dengan daya konsentrat tembaga mencapai 1 juta ton per tahun.
Daya serap
smelter terhadap konsentrat tembaga pada 2025 diperkirakan mencapai 4,3 juta ton. Itu artinya masih terdapat kelebihan produksi sebanyak 500 ribu ton. Ini mengingat jumlah produksi konsentrat nasional sepuluh tahun mendatang mencapai 4,8 juta ton,
“Nah, kelebihan itu diolah di
smelter yang baru tadi,” katanya.
(ded/ded)