Rupiah Tembus Rp 13 Ribu, BI Pastikan Cadangan Devisa Cukup

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Kamis, 05 Mar 2015 13:28 WIB
Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa saat ini US$ 114,25 juta cukup untuk membayar impor dan utang Indonesia selama 6 bulan.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bersiap mengumumkan suku bunga acuan Bank Indonesia di Jakarta, Selasa (18/11).. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat dan menembus angka psikologis Rp 13.000 pada paruh perdagangan hari ini, Kamis (5/3).
Rupiah ditransaksikan melemah 0,45 persen dan bertengger di level Rp 13.022 per dolar AS berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI).

Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan pelemahan kurs terjadi karena faktor dinamika luar negeri. Menurutnya, rupiah saat ini dalam keadaan baik karena pelemahannya belum menembus batas tahun lalu 10 persen.

“Perkembangan dunia adalah sesuatu yang harus diketahui masyarakat. Kami menjaga pada tahun lalu volatilitas nilai tukar dengan batas 10 persen. Untuk tahun ini, secara umum tidak bisa disebutkan, tetapi sekarang yang penting masih di bawah 10 persen,” jelasnya di Jakarta, Kamis (5/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus menjelaskan secara umum kondisi ekonomi Indonesia baik sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dan panik terhadap gejolak nilai tukar. Menurut Agus, justru kondisi defisit neraca transaksi berjalan yang perlu diwaspadai.

“Kondisi pelemahan hanyalah bersifat sementara. Bank Indonesia akan berada di pasar dan bila perlu intervensi. Saya tidak bisa ungkapkan apa intervensinya. Yang jelas cadangan devisa kita masih cukup, sebanyak US$ 114,25 juta,” ungkapnya.

Dia mengungkapkan posisi cadangan devisa Indonesia saat ini cukup untuk membayar impor dan utang selama 6 bulan. Namun, dia menyoroti utang luar negeri korporasi atau pihak swasta yang masih cukup berisiko karena banyak perusahaan yang belum melakukan lindung nilai (hedging).

“Secara umum, utang luar negeri milik korporasi yang belum dilakukan hedging memang cukup banyak. Mereka mesti mengatur likuiditas dan lindung nilai,” jelasnya.

(ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER