Menteri Keuangan Bosan Terus Ditanya Nasib Rupiah

Resty Armenia, Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Kamis, 05 Mar 2015 12:13 WIB
"Nanya hal yang sama dari kemarin, gak ah. Pertanyaan berulang gak laku buat saya,” ujar Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro.
Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro (CNN Ind
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengaku bosan dan lelah akibat terus-menerus mendapat pertanyaan dari para wartawan mengenai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir.

Hal tersebut diungkapkan Bambang usai menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan hari ini, Kamis (5/3).

“Nanya hal yang sama dari kemarin, gak ah. Pertanyaan berulang gak laku buat saya,” ujar Bambang sambil mempercepat langkahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bambang kemudian meminta para pengamat ekonomi yang rajin memberikan komentarnya atas potensi pelemahan rupiah untuk tidak membuat panik masyarakat dengan mengatakan rupiah bisa terkapar di angka Rp 15 ribu per dolar.

“Jawabannya sama untuk pengamat, jangan bikin panik masyarakat. Udah gitu aja,” katanya.

Sementara Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara yang ditemui ditempat terpisah nampak masih bersemangat mengomentari pelemahan rupiah. Mirza mengakui bahwa pada pembukaan perdagangan pagi ini, rupiah sempat menembus level Rp 13.027 per dolar AS setelah pada perdagangan kemarin ditutup pada posisi Rp 12.969 per dolar.

"Memang yang sekarang terjadi adalah penguatan mata uang Amerika terhadap semua mata uang," kata Mirza.

Dia menjelaskan selain faktor Amerika Serikat, keputusan negara Ukraina yang menaikan suku bunga acuan dari 19,5 persen ke 30 persen turut menekan sentimen kepada negara-negara emerging market termasuk Indonesia.

"Tapi problem di Ukraina kan bukan problem moneter sebenarnya. Problem di Ukraina adalah problem politik internasional," ujarnya.

Selain Ukraina, sentimen global juga datang dari Tiongkok yang baru saja memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi negaranya menjadi tujuh persen. Mirza mengatakan pasar dunia akan sangat bereaksi dengan ekspektasi pertumbuhan negara tirai bambu itu.

"Pasti negara-negara yang ketergantungannya ekspor ke Tiongkok juga akan terkena sentimen negatif," katanya.

Namun dia meyakinkan BI akan terus memantau pasar valas dan siap melakukan intervensi apabila diperlukan. “BI selalu ada di pasar. Dan untuk mengurangi volatilitas, supaya juga suplai valas terus selalu tersedia di pasar," ujar Mirza. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER