Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berada pada rentang
support 5.395-5.400 dan resisten 5.468-5.478 pada perdagangan Rabu (11/3), dengan kecenderungan menguat karena sentimen bursa global.
Head of Research PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan laju IHSG mampu bertahan di area
target resisten (5.458-5.490) dan sempat bergerak di bawah area
target support (5.420-5.432).
“Dengan akhir yang positif tentunya berharap dapat berlanjut pergerakan positif tersebut. Akan tetapi, perlu dicermati rilis data-data makro antara lain dari Tiongkok yang dapat mempengaruhi laju IHSG,” ujarnya seperti dikutip dari riset, Selasa (10/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reza menilai, meski masih ada potensi pembalikan arah naik bagi IHSG, tetapi jika laju bursa saham global kembali melemah, maka indeks tentu akan menutup peluang kenaikan tersebut.
“Apalagi jika masih diiringi pelemahan nilai rupiah dan aksi jual investor asing. Tetap cermati sentiment yang ada,” jelasnya.
Terkait perdagangan sebelumnya, Reza menilai meski sempat mengalami pelemahan di awal perdagangan, laju IHSG akhirnya mampu kembali berada di zona hijau seiring kembalinya aksi beli pelaku pasar memanfaatkan pelemahan mayoritas harga saham sebelumnya.
“Dan kemungkinan juga merespon pembalikan arah bursa saham AS yang berakhir hijau setelah adanya pemberitaan kesepakatan merger akuisisi dari beberapa emiten dan rilis turunnya
labor market conditions index yang turut mendukung positifnya laju bursa saham AS,” kata Reza.
Dia menilai, pola ini sempat terjadi pada akhir Januari lalu di mana laju IHSG mengalami pelemahan hingga menyentuh level terendahnya di 5.208 dan di hari berikutnya bergerak naik hingga mampu ditutup di level 5.277.
“Begitupun saat pertengahan Februari lalu dimana sempat melemah ke 5.320 dan dihari berikutnya mampu ditutup naik di 5.337,” jelas Reza.
Menurutnya, dengan pola yang sama, laju IHSG kali pun kurang lebih memiliki kesamaan pola. Meski IHSG mampu menguat, namun laju tersebut diiringi dengan masih berlanjutnya pelemahan laju dolar AS dan kembalinya investor asing mencatatkan aksi jual.