Jakarta, CNN Indonesia -- Penjualan semen turun dalam dua bulan terakhir di Tanah Air menyusul melambatnya aktivitas konstruksi. Fenomena ini diperkirakan bakal memberatkan kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan industri tersebut.
Liliana S. Bambang, analis PT Mandiri Sekuritas, menuturkan penjualan semen turun 1,5 persen secara tahunan pada dua bulan pertama 2015 menjadi 9 juta metrik ton. Realisasi itu dapat menjadi preseden buruk pada kinerja laba emiten pada kuartal I 2015.
“Karena dapat lebih buruk dibandingkan dengan prediksi Mandiri Sekuritas dan konsensus pelaku pasar akibat lemahnya permintaan dan pemangkasan harga,” ujarnya seperti dikutip dari riset, Rabu (11/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, Liliana memfaktorkan asumsi pertumbuhan permintaan semen sebesar 7 persen secara tahunan pada sepanjang tahun 2015 dengan ekspektasi pada kenaikan belanja infrastruktur.
“Meskipun demikian, kami khawatir kenaikan belanja infrastruktur tidak mampu mengangkat pelemahan yang terjadi pada sektor swasta,” ujarnya.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat permintaan semen pada Februari 2015 turun sebesar 6 persen secara tahunan dan minus 11 persen secara bulanan, menjadi 4,2 juta metrik ton. Pelemahan terjadi hampir di seluruh provinsi. Bahkan penjualan semen di pulau Jawa turun 5 persen secara tahunan menjadi 2,3 juta metrik ton.
ASI mencatat permintaan semen yang meningkat hanya terjadi di Maluku dan Papua sebesar 3,3 persen menjadi 95.286 ton. Wilayah lain, yaitu Sumatra turun 10,7 persen menjadi 861.224 ton dan Jawa usut 7,7 persen ke level 2,28 juta ton.
Adapun di Kalimantan merosot 8,7 persen ke kisaran 320.592 ton, Sulawesi minus 8,5 persen menjadi 312.321 ton. Penurunan permintaan terparah terjadi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara mencapai 14,1 persen menjadi 264.313 ton.
Curah hujan yang relatif tinggi selama Februari dinilai sebagai faktor yang menghambat proses distribusi semen karena banyak titik banjir dan jalan rusak. Di samping itu pembangunan infrastruktur juga belum gencar, selain juga ada pengetatan kredit perumahan oleh bank.