Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah fakta menarik terungkap saat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri berkunjung ke kantor pusat Pertamina Energy Trading Limited (Petral) di Singapura, beberapa pekan lalu. Dari hasil lawatannya, Faisal mengungkapkan mayoritas kebutuhan minyak mentah impor Indonesia tahun ini sudah dipasok oleh Petral.
"Dari 8 sampai 9 juta barel (per bulan) minyak mentah yang akan di impor tahun ini, 6 juta barelnya sudah di tutup sama Petral sejak akhir tahun lalu," ujarnya kepada CNN Indonesia, Rabu (11/3).
Faisal menjelaskan kontrak minyak mentah itu dilakukan pada saat Bambang Irianto menjabat sebagai Presiden Direktur Petral, atau sebelum digantikan Totok Handoyo pada Januari 2015. Kontrak tersebut diketahui memiliki tenor enam bulan atau hingga Juni 2015 mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka betul-betul mengantisipasi rekomendasi tim dengan melakukan ini. Biasanya kontrak itu tiga bulan, tapi sekarang sudah di cover enam bulan. Ini merupakan bentuk dan cara mafia," jelasnya.
Pertamina belum berkomentar banyak mengenai temuan ini. Namun, Daniel Purba, Vice Presiden Divisi Pengadaan Minyak atau Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina berjanji akan membuka data-data impor minyak yang sudah di kontrak oleh anak usahanya tersebut.
"Saya sedang di Karimun, Kepulauan Riau. Minggu depan saya response ya," tulis Daniel melalui pesan singkat.
Sebagai pengingat, akhir tahun lalu Tim Reformasi Tata Kelola Migas atau yang dikenal Tim Antimafia Migas telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi terkait mekanisme pengadaan minyak impor yang dilakukan Pertamina. Salah satunya perihal pengadaan minyak langsung di Indonesia, tanpa harus lebih dulu melalui Petral.
Sayangnya, sebelum rekomendasi itu diputuskan Menteri ESDM, Petral sudah lebih dulu menggelar tender minyak mentah dengan tenor kontrak enam bulan.
Djoko Siswanto, yang juga anggota Tim Antimafia Migas, mengungkapkan ISC Pertamina pernah menjanjikan akan mengkaji ulang kontrak-kontrak pengadaan yang sudah dilakukan oleh Petral. Bahkan, Pertamina telah menyatakan akan membatalkan kontrak-kontrak Petral yang dinilai merugikan negara.
"Tapi saya tidak yakin juga (bisa diubah) karena ini sifatnya kontrak bisnis. Tapi kami akan berusaha untuk mengecilkan ruang mafia migas," kata Djoko.
Berdasarkan catatan ISC, tahun ini Pertamina akan mengimpor minyak mentah berkisar 9 juta barel per bulan atau mencapai 100 juta barel per tahun. Sementara jumlah impor untuk produk bahan bakar minyak (BBM) seperti premium diprediksi mencapai 115 juta barel per tahun dan solar sebanyak 32 juta barel per tahun.
(ags)