Jakarta, CNN Indonesia -- Pelemahan rupiah yang telah menembus Rp 13 ribu per dolar disebut tidak mengganggu penjualan ban PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR). Meskipun sebagian besar bahan baku karet yang digunakan untuk memproduksi ban diimpor dari luar negeri, namun alokasi ekspor sebesar 70 persen dari total produksi membuat manajemen memastikan isu depresiasi rupiah tidak mengganggu penjualan.
“Depresiasi rupiah secara tidak langsung pasti mempengaruhi terhadap besaran biaya.
Cost itu pasti terpengaruh, tapi produksi kami hampir 70 persen untuk ekspor,” kata Consumer Product and Trade Marketing Manager Goodyear Indonesia Arfianti Puspitarini di Jakarta, Rabu (25/3).
Sejak pertama kali beroperasi di Indonesia pada 1935, Goodyear menurutnya telah mengalokasikan jatah produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional sebesar 70 persen dan 30 persen sisanya dipasarkan untuk kebutuhan konsumen langsung dan untuk industri mobil di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perempuan yang kerap disapa Rini mengungkapkan perusahaannya lebih banyak memproduksi untuk negara-negara di kawasan Asia Pasifik, terutama Asean. Meskipun pabrik Goodyear juga berada di Thailand, Rini mengatakan Goodyear berusaha agar setiap negara mempunyai produk andalan masing-masing sehingga produk yang di produksi di Indonesia belum tentu diproduksi sama banyaknya di negara lain.
“Kalau memang ada satu
brand yang diproduksi di Indonesia, itu akan kita sebar ke negara yang membutuhkan,” tutur Rini.
Andalkan Karet ImporSementara itu General Manager Corporate and Marketing Communiation Goodyear Indonesia Wicaksono Soebroto memastikan perusahaannya belum dapat menikmati dampak dari penurunan harga komoditas karet di pasaran dunia. Pasalnya selain bahan baku sudah dibeli dari jauh-jauh hari, bahan baku karet Goodyear Indonesia masih harus diimpor.
“Goodyear itu kan
supply chain company, jadi ada kantor
hub di Singapura. Karet dan segala macam itu kami mintanya dari mereka, beli dari Singapura,” kata Wicaksono.
Wicaksono menambahkan secara umum perusahaannya masih harus mengimpor sekitar 60 persen dari komponen bahan baku. Selain karet, komponen baja dan kevlar juga belum dapat diproduksi di dalam negeri.
Rini menambahkan, jenis karet yang dibutuhkan Goodyear untuk memproduksi beragam jenis ban di antaranya karet alam, karet sintetis, dan serat. Sementara itu, produksi karet lokal dinilai belum mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.
“Ketersediaannya tidak semua di sini. Kalaupun ada, tidak mampu untuk memenuhi semua kebutuhan industri,” tutur Rini.
Sebagai gambaran, karet alam merupakan bahan baku utama dalam memproduksi 10 ribu unit ban per hari atau hampir 3 juta ban per tahun oleh Goodyear.
Laporan keuangan kuartal III 2014 Goodyear Indonesia menyebutkan perseroan mengalami penurunan penjualan 15,65 persen selama periode tersebut menjadi US$ 121,19 juta dibandingkan periode yang sama di 2013 sebesar US$ 143,68 juta.
Meskipun beban pokok penjualan turun 12,16 persen menjadi US$ 108,63 juta dari sebelumnya US$ 123,67 juta, namun laba bersih Goodyear Indonesia justru merosot menjadi hanya US$ 134.923 dibandingkan perolehan laba bersih kuartal III 2013 sebesar US$ 4,38 juta.