Jakarta, CNN Indonesia -- PT Timah Tbk (TINS) berencana menahan laju produksi ditengah masih rendahnya harga timah di pasar komoditas internasional. Dikabarkan, Timah akan menahan produksinya di kisaran 40 ribu hingga 60 ribu ton pada tahun ini.
"Dengan harga yang berfluktuatif seperti sekarang, semoga pembatasan produksi bisa mendongkrak kembali harga timah dunia yang kini angkanya berkisar US$ 17.400 per ton," ujar Direktur Utama PT Timah Sukrisno di Jakarta Rabu (26/3).
Sukrisno mengungkapkan, rencana untuk menahan laju produksi timah perusahaan tambang pelat merah ini akan dilaksanakan mulai April 2015. Ia menambahkan perusahaannya pun telah melakukan pembatasan produksi sejak tahun lalu dimana angka produksi perseroan hanya berada di angka 20 ribu hingga 30 ribu ton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami harap upaya ini bisa meningkatkan harga (timah) mencapai US$ 20 ribu per ton. Bahkan semoga harganya bisa tembus US$ 25 ribu per ton," tambahnya.
Harga Meningkat?Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hampir 80 persen pasokan timah dunia berasal dari Indonesia. Tentu saja, Sukrisno bilang, upaya pembatasan produksi diyakini akan mempengaruhi harga timah dunia.
Ini mengingat sampai saat ini jumlah penawaran timah melibihi dari angka permintaan pasar. Dengan begitu, perseroan bersepakat untuk mulai mengurangi volume ekspor menjadi 2 ribu metrik ton per bulan seperti yang telah diajukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bangka Belitung.
"Dengan adanya pengurangan ekspor ini, mungkin dunia akan kekurangan suplai hingga 30 ribu ton pada tahun ini. Selama bisa menaikkan harga timah, kami rasa kebijakan ini kami sambut baik," tukas Sukrisno.
Selain PT Timah, 23 perusahaan produsen timah lain di Indonesia juga dikabarkan telah sepakat untuk mengekspor timah sebesar 2.500 metrik ton per bulan. Dengan demikian, total ekspor timah yang diperbolehkan hanya mencapai 4.500 metrik ton per bulan.