Jakarta, CNN Indonesia -- Chairman dan Chief Executive Officer (CEO) Conocophillips Ryan Lance mengakui komitmen investasi sebesar US$ 2,5 miliar setara Rp 32,5 triliun yang disebutkannya di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah untuk pengembangan lebih lanjut dua blok minyak dan gas bumi (migas) yang akan habis masa kontraknya di Indonesia. Dua blok tersebut adalah South Jambi B yang habis
production sharing contract (PSC) nya pada 2020 dan South Natuna Sea Block B yang akan kadaluarsa pada 2021.
“Kami hanya memiliki beberapa tahun lagi sampai masa kontraknya berakhir. Oleh karena itu kami sampaikan bahwa kami membutuhkan kepastian untuk dapat melanjutkan rencana investasi tersebut. Semoga Presiden Jokowi bisa membantu kami menghilangkan ketidakpastian tersebut,” ujar Lance di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (31/3).
Kepastian yang dimaksud Lance merujuk pada persetujuan perpanjangan kontrak yang menjadi kewenangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Lance menilai saat ini adalah waktu yang tepat bagi pemerintah untuk bisa memberikan kepastian tersebut, jelang habisnya masa kontrak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dari Natuna, kami adalah produsen gas pipa yang sangat besar dan kami terus berkomitmen untuk melanjutkan investasi kami disini. Kebijakan yang bisa dibuat pemerintah untuk menghilangkan ketidakpastian pasti akan meningkatkan investasi di Indonesia,” kata Lance.
Sementara Menteri ESDM Sudirman Said memastikan bahwa dua blok migas yang dioperasikan ConocoPhillips masuk dalam daftar blok yang tengah dievaluasi perpanjangan kontraknya oleh pemerintah.
“Kontrak yang akan habis mendekati lima sampai 10 tahun pasti kami review. Dalam pertemuan tadi pemerintah hanya menekankan agar ConocoPhillips juga memperhatikan domestic market obligation, karena sebagian besar hasil produksinya saat ini di ekspor,” kata Sudirman.
Menurut mantan bos PT Pindad (Persero) tersebut, ConocoPhillips merupakan salah satu kontributor penting bagi produksi migas nasional. Sudirman mencatat perusahaan asal Amerika Serikat tersebut menyumbang 20 persen dari total produksi gas nasional, 24 persen dari total produksi elpiji nasional, dan 5-10 persen terhadap total produksi minyak nasional.
“Jadi ConocoPhillips adalah partner yang penting. Situasi harga minyak di pasar internasional memang sedang sulit saat ini, tetapi investor yang serius tetap berkomitmen melakukan investasi ke depan,” tegasnya.
Laporan keuangan ConocoPhillips menyebutkan sepanjang tahun lalu penjualan dan pendapatan operasi lain yang diperolehnya dari Indonesia sebesar US$ 1,96 miliar. Angka tersebut berkontribusi 3,73 persen terhadap total penjualan global sebesar US$ 52,52 miliar.
Realisasi penjualan 2014 ConocoPhillips dari Indonesia mengalami penurunan 5,76 persen dibandingkan penjualan 2013 sebesar US$ 2,08 miliar.
(gen)