Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melansir terdapat lima sistem ketenagalistrikan di Indonesia yang mengalami defisit pasokan. Hal ini tak lepas dari tidak meratanya pembangunan pembangkit listrik di sejumlah daerah.
"Dari 22 sistem kelistrikan nasional yang kondisinya normal ada enam, kemudian 11 berstatus siaga atau marginnya tipis dan sisanya sedikit, sedangkan lima defisit. Oleh karena itu di berbagai daerah sering mengalami hari bumi (pemadaman listrik), itu konsekuensinya," kata Menteri ESDM Sudirman Said di Jakarta, Senin (30/3).
Berangkat dari hal tersebut, Sudirman bilang pemerintah tengah gencar menggenjot program pembangkit 35 ribu megawatt (MW) yang dilaksanakan oleh perusahaan listrik swasta (
Independent Power Producer/IPP) dan PT PLN (Persero). Disamping itu, pemerintah juga sedang berupaya meratakan sebaran listrik ke daerah-daerah yang masih mengalami defisit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejauh ini laporan PLN dari 35 ribu MW sedang dalam proses perencanaan 14.700 MW sementara yang sudah dalam proses
procurement 13.500 MW, dan 7.400 MW diantaranya adalah sisa dari proyek FTP (
Fast Track Program) I. Kemudian yang sedang dalam proses
financing 7.200 MW. Artinya secara
procurement kita tidak khawatir akan mengalami masalah," tutur Sudirman.
Meski begitu, mantan bos PT Pindad (Persero) ini tak menampik bahwa program pembangkit 35 ribu MW masih mengalami kendala mulai dari pembebasan lahan hingga pendanaan.
"Yang perlu disoroti adalah
financing dan
project menejemen yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Kita harus bekerjasama dengan beberapa pemain di luar pada periode ini agar kecepatan bisa dicapai," tuturnya.
Di kesempatan yang sama, pengajar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Eko Adhi Setiawan mengungkapkan pemerintah harus mampu meratakan pembangunan pembangkit listrik demi meratakan pasokan di semua daerah. Sebab sampai sekarang banyak daerah di Indonesia belum mendapatkan pasokan listrik secara merata.
"Dari program 35 ribu MW, pulau Jawa mendapatkan porsi 60 persen padahal pembangunan pembangkit disini cuma 20 persen. Seharusnya pembangkit harus di dorong ke daerah-daerah," ungkap Anwar.
Fakta dan Data ListrikKondisi kelistrikan nasional hingga akhir 2014 berdasarkan catatan yang ada di Kementerian energi dan sumber daya mineral hingga akhir 2014 menunjukkan total kapasitas terpasang pembangkit 53.585 MW.
Sebesar 37.280 MW atau 70 persen disumbangkan oleh PLN, IPP sebesar 10.995 MW sekitar 20 persen, Public Private Utility (PPU) sebesar 2.634 MW atau 5 persen, dan Izin Operasi Non BBM (IO) sebesar 2.677 MW atau 5 persen.
Konsumsi energi rata-rata nasional tercatat 199 Terawatt-hour (TWh) sedangkan produksi tenaga listriknya 228 TWh (hanya PLN dan IPP). Rasio elektrifikasi nasional tercatat sebesar 84,35 persen.
Pemakaian listrik pergolongan terbesar untuk golongan rumah tangga yaitu sebesar 43 persen, disusul kemudian dengan industri sebesar 33 persen, bisnis 18 persen dan terakhir 6 persen publik.
Sementara sumber energi untuk pengadaan listrik didominasi oleh batubara 52 persen, gas 24 persen, bahan bakar minyak (BBM) 11,7 persen, air 6,4 persen, panas bumi 4,4 persen dan energi lainnya sebesar 0,4 persen.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat yang terus tumbuh, Pemerintah sedang mengupayakan penambahan kapasitas listrik sebesar 7 ribu MW per tahun sehingga bisa memenuhi target 35 ribu MW dalam 5 tahun.
Pembagian pengadaan tambahan tenaga listrik dibagi berdasarkan zona, Sumatera direncanakan sebesar 8.750 MW, Kalimantan 1.870 MW, Sulawesi 2.700 MW, Jawa-Bali 20.910 MW, Nusa Tenggara 700 MW, Maluku 280 MW dan Papua 340 MW.
(gen)