Giliran Antam Keluhkan Kebijakan Letter of Credit

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 31 Mar 2015 16:24 WIB
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk menilai kewajiban penggunaan letter of credit (L/C) perlu dikaji ulang karena membebani industri.
Seorang petugas memperlihatkan emas batangan produksi PT Antam di Jakarta, Senin (19/1). Harga jual emas Antam tercatat Rp 553.000 per gram atau meningkat Rp 28.000 per gram dibandingkan perdagangan pada awal tahun sebesar Rp 525.000 per gram. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Aneka Tambang (Persero) Tbk keberatan dengan kebijakan pemerintah mewajibkan penggunaan letter of credit (L/C) dalam kegiatan ekspor. Untuk itu, BUMN tambang ini menilai kebijakan tersebut sepatutnya dikaji ulang demi pertumbuhan industri.

“Terkait letter of credit, pasti ada efeknya karena menambah biaya. Dan pasti membebani, karena harga kan tidak bisa diintervensi,” jelas Direktur Utama Antam, Tedy Badrujaman usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Jakarta, Selasa (31/3).

Sayangnya, Tedy tidak mengungkapkan lebih lanjut besaran efek pengenaan L/C terhadap kinerja dan posisi keuangan Antam. Namun, direksi baru Antam tengah memutar otak guna keluar dari keterpurukan setelah pada tahun lalu mengalami rugi bersih Rp 775 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kami akan terus melakukan efisiensi ditengah fluktuasi harga komoditas dan peningkatan harga bahan bakar minyak di dalam negeri,” ujarnya.

Lebih lanjut, Tedy menyatakan program penghematan biaya dan optimalisasi kinerja operasional menjadi prioritas utama Antam. Hal ini penting untuk dapat menghadapi beragam tantangan pada tahun ini.

Bentuk efisiensi yang telah diupayakan Antam sebelumnya antara lain dengan menggunakan umpan bijih yang lebih murah dari Pomalaa. Selain itu, perseroan juga melakukan evaluasi terhadap kontrak-kontrak dengan pihak ketiga, serta penerapan Vendor Held Stock (VHS) yang menghilangkan biaya persediaan bahan bakar. Melalui tiga langkah penghematan tersebut, Antam berhasil menghemat Rp 64,9 miliar di pada 2014.

Dengan tantangan yang dihadapi, Tedy menambahkan perseroan berkomitmen untuk mengakselerasi realisasi proyek pertumbuhan hilir (downstream) dalam rangka meningkatkan nilai tambah cadangan dan sumber daya yang dimiliki.

Menurutnya, saat ini perseroan masih menunggu pembiayaan cair melalui sekma penyertaan modal negara (PMN). Perolehan PMN yang akan dikombinasikan dengan penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu ini diharapkan bisa mempercepat realisasi proyek-proyek Antam di sektor hilir pada tahun ini.

Pada 2015, Antam menargetkan produksi sebesar 20.400 ton nikel dalam feronikel (TNi) dengan angka penjualan diharapkan mencapai 22.000 TNi. Sementara itu, penjualan emas ditargetkan sebesar 9.963 kg (320.318 toz).

Menyusul operasi komersial pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan, Kalimantan Barat, Antam menargetkan volume produksi CGA sebesar 157.000 ton alumina dengan volume penjualan 149.000 ton pada 2015.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengaku telah bersepakat dengan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel untuk mengeluarkan industri minyak dan gas dari ketentuan wajib guna L/C. Kewajiban penggunaan L/C yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan dinilai Menteri ESDM akan menganggu proses bisnis migas.

(ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER