Tim Antimafia Migas Bongkar Pesangon Jumbo Presdir Petral

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Rabu, 01 Apr 2015 15:41 WIB
Mantan Presiden Direktur Petral Bambang Irianto mendapat gaji bulanan S$ 44 ribu dan pesangon S$ 1,1 juta, serta apartemen mewah sebagai kediaman dinas.
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri menjadi narasumber diskusi yang membahas kebijakan pengelolaan BBM di Jakarta, Sabtu (27/12). (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi atau Tim Antimafia Migas menemukan sejumlah kejanggalan di internal Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Mulai dari kontrak impor BBM janggal berskala besar, pendapatan fantastis dan apartemen dinas seorang Presiden Direktur, hingga koleksi global bond terbitan Pertamina.

Ketua Tim Antimafia Migas Faisal Basri menjelaskan kejanggalan tersebut terjadi ketika Petral dipimpin oleh Bambang Irianto, yang kala itu menjabat sebagai Presiden Direktur. Hal ini terungkap ketika Faisal bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said berkunjung ke kantor pusat Petral beberapa waktu lalu.

“Sekitar 10 juta barel dari total kebutuhan BBM dan minyak mentah impor Indonesia di angka 12 juta barel per bulan sudah ditutup Petral zaman Bambang. Yang aneh, kontraknya itu sampai enam bulan sampai Juni 2015. Padahal umumnya (kontrak) hanya tiga bulan,” ujar Faisal di Jakarta, Rabu (1/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Faisal Basri: Minyak Impor 2015 Sudah Diamankan Mafia Petral

Selain masalah kontrak, Faisal mengatakan keanehan lain juga terlihat dari pendapatan Presiden Direktur Petral. Ekonom Universitas Indonesia ini melansir gaji seorang Bambang Irianto mencapai S$ 44 ribu (dolar Singapura) dengan jumlah pesangon (severance payment) yang fantastis di angka S$ 1.195.508.Tak hanya itu, kata Faisal, Presiden Direktur Petral juga diketahui memiliki apartemen mewah di Four Season sebagai kediaman dinas.

“Kalau gaji yang benar itu dalam bentuk dolar Singapura, bukan Amerika Serikat. Jangan salah. Dan yang mengejutkan pesangon Presiden Petral jauh lebih besar ketimbang seorang Presiden Direktur perusahaan minyak di Indonesia,” tuturnya.

Temuan mencengangkan lainnya, lanjut Faisal, Petral juga kedapatan mengoleksi sertifikat berharga berupa surat utang berdenominasi dolar (global bond) yang diterbitkan Pertamina selaku induk usahanya. Namun, Faisal mengaku tak mengetahui detil mengenai seri maupun jumlah global bondI Pertamina yang dikoleksi Petral.

“Dengan kata lain pendapatan (sebagian) Petral berasal dari bunga yang dibayarkan induk perusahaannya sendiri. Ini yang aneh. Saya tegaskan lagi Pertal tak perlu cari-cari tahu kenapa Faisal bisa tahu ini (global bond),” katanya.

Berangkat dari temuan ini, ia pun mendorong jajaran Petral yang baru untuk terus melakukan perbaikan di sisi lini bisnis hingga tranformasi manajemen. Akan tetapi, tim reformasi mendesak agar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan lembaga terkait lainnya melakukan audit secara komprehensif terkait pengadaaan BBM dan minyak mentah impor yang sudah diamankan Petral.

“Tugas kami itu bukan memburu atau menangkap mafia migas. Tapi berkaitan dengan impor BBM dan minyak mentah, tim mendesak untuk dilakukan audit forensik atas kontrak untuk pengadaan Januari sampai Juni 2015, berikut kontrak Januari hingga Juni 2014 dan Juli hingga 2014,” katanya. (ags/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER