Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berada dalam rentang support 5.430-5.443 dan resisten 5.468-5.485 pada perdagangan Senin (6/4), dengan kecenderungan melemah karena potensi maraknya aksi jual.
Head of Research PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan laju IHSG sempat masuk area target resisten (5.487-5.528) dan turun berada di bawah area target support (5.447-5.458).
“Tampaknya meski terjadi penurunan, belum sampai pada utang gap lama di level 5.342-5.372 (17-18 Februari) dan utang gap di level 5.397-5.411 (27-28 Maret 2015),” katanya seperti dikutip dari riset, Senin (6/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kondisi variatif cenderung melemah masih dimungkinkan jika melihat dari tren yang ada dan melihat masih adanya aksi jual dari pemodal lokal. Kondisi dari bursa saham global. Tetap cermati adanya potensi pelemahan lanjutan,” ungkap Reza.
Reza menjelaskan, jelang libur panjang sekaligus memperingati Good Friday, laju IHSG terlihat kurang bersemangat. Pelaku pasar cenderung melakukan aksi jual, terutama para pemodal lokal. Tidak banyak indeks sektoral yang menguat selain indeks pertambangan, konsumer, dan perkebunan.
“Padahal di awal perdagangan, laju IHSG sempat menguat sehingga membangkitkan semangat pelaku pasar, namun tampaknya harapan akan dapat bertahannya IHSG di zona hijau kian pupus seiring pelemahan yang terjadi jelang akhir sesi 1 dna berlanjut hingga akhir sesi 2,” katanya.
Kondisi inipun, lanjutnya, seiring dengan turunnya consumer confidence Indonesia dan sesuai dengan gambaran Reza sebelumnya, di mana meski utang gap 5.459-5.484 (30-31 Maret) telah dilunasi, namun masih ada utang gap lama di level 5.342-5.372 (17-18 Februari) dan utang gap di level 5397-5411 (27-28 Maret 2015).
“Melihat kondisi tersebut, tampaknya aksi jual masih dimungkinkan dapat berlanjut. Akan tetapi, jika laju bursa saham global mampu memberikan angin positif maka diharapkan pelemahan dapat lebih terbatas. Tetap cermati adanya potensi pelemahan lanjutan,” kata Reza terkait perdagangan sebelumnya.
Menurutnya, pelemahan laju bursa saham AS sebelumnya dan maraknya aksi profit taking tampaknya lebih mendominasi dibandingkan sentimen positif dari hijaunya laju bursa saham Asia dan penguatan Rupiah.
“Bahkan transaksi beli bersih investor asing pun juga belum dapat mengimbangi pelemahan yang terjadi,” jelasnya.
(gir)