Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) segera meluncurkan layanan keuangan tanpa kantor (
branchless banking) guna menggali potensi dana pihak ketiga (DPK) hingga ke pelosok Negeri.
“Seandainya kami masuk ke (layanan) laku pandai kami bisa menjamah calon-calon nasabah kami yang berada di
remote tanpa harus membuka kantor,” tutur Direktur Utama BNI Achmad Baiquni dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Gedung DPR, Rabu, (8/4).
Langkah BNI mengembangkan layanan
branchless banking atau laku pandai mengikuti jejak empat bank lain yang telah lebih dahulu mengikuti instruksi Otoritas Jasa Keuangan. Dengan layanan laku pandai, Baiquini berharap masyarakat yang sulit menjamah akses perbankan dapat memanfaatkan layanan perbankan dasar yang disediakan BNI, seperti penyimpanan tabungan, penarikan tabungan, maupun pengiriman uang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Baiquni, seluruh kegiatan transaksi akan dilakukan melalui agen dengan menggunakan mesin Electronic Data Capture (EDC). Adapun yang menjadi agen adalah individu yang telah menjadi nasabah minimal enam bulan dan diutamakan merupakan tokoh di komunitas, serta harus mendapatkan rekomendasi dari unit kerja BNI.
“Sekarang sedang dalam proses penyiapan dari sisi IT (Information and Technology/ Teknologi Informasi) kemudian juga kami sedang mempersiapkan agen-agen daripada banknya yang pada umumnya adalah nasabah-nasabah kami sendiri,” ujar Achmad.
Mantan Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini mengakui perseroannya terlambat dalam mempersiapkan layanan
branchless banking. Namun, Baiquni menargetkan layanan ini dapat diluncurkan pada akhir bulan ini atau awal Mei 2015.
Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur menjadi lokasi perdana pengembangan
brachless banking BNI. Selanjutnya, layanan laku pandai BNI juga akan menjangkau sebuah kota di Sulawesi Selatan.
Achmad Baiquni membantah anggapan bahwa layanan laku pandai yang akan dikembangkan BNI hanya sekedar mengikuti perintah OJK. Menurutnya, ada pula pertimbangan bisnis dalam strategi perluasan pasar tersebut.
“Bukan kami menjalani karena permintaan dari regulator untuk kami menyelenggarakan. Jadi kalau kami memutuskan akan masuk ke bisnis (laku pandai) ini karena semata-mata pertimbangannya karena komersial,” tutur Baiquni.
Lebih lanjut Baiquni menjelaskan layanan laku pandai merupakan strategi dalam meningkatkan jumlah dana pihak ketiga (DPK). Kendati demikian, dia belum menyebutkan target jumlah nasabah dan raupan dana dari layanan perbankan dasar ini.
(ags)