Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memperbesar kepemilikan PT Pertamina (Persero) atas hak partisipasi atau
participating interest (PI) dari Blok
Offshore North West Java (ONWJ) yang akan habis kontrak pertamanya pada 2017 mendatang.
Pemerintah mempercayakan Pertamina untuk mengelola Blok ONWJ dengan PI sebesar 73,5 persen, sementara sisanya diberikan ke PT Energi Mega Persada (EMP) sekitar 24 persen dan Risco Energy (Kufpec) sebanyak 2,5 persen. Sebelumnya, pada kontrak pertama Pertamina memiliki PI blok ONWJ sebesar 58,28 persen, EMP 36,72 persen dan Kufpec 5 persen.
"Ini untuk (komposisi) PI mendatang," ujar Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Naryanto Wagimin di Jakarta, Jumat (10/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Naryanto mengungkapkan, ditambahnya PI Blok ONWJ Pertamina tidak lain untuk menguatkan peran perusahaan migas pelat merah tersebut di dalam pengusahaan blok-blok migas di Indonesia.
"Perpanjangannya 20 tahun, terhitung sejak habis kontrak pada 2017,” tuturnya.
Meski begitu, pemerintah masih mengkaji besaran bagi hasil (
split) dari produksi migas yang dihasilkan dari blok ONWJ.
Sebelumnya manajemen PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha Pertamina yang mengelola ONWJ mengaku akan segera melanjutkan pengembangan fasilitas produksi migas tersebut setelah pemerintah memutuskan akan membatalkan proyek Pelabuhan Cilamaya di Karawang, Jawa Barat.
Rencana pengembangan tersebut selama tiga tahun terakhir terhenti akibat wacana pemerintah yang akan mengembangkan Cilamaya karena dinilai membahayakan kegiatan produksi ONWJ.
Direktur Operasional PHE Bambang Kardono menjelaskan dalam rencana jangka panjang perseroan, ONWJ ditargetkan bisa meningkatkan produksi gas dari saat ini 180 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) menjadi 200 juta MMSCFD. Sementara produksi minyak ditargetkan meningkat jadi 50 barel per hari (BPH) dari produksi saat ini 40.300 BPH.
“Pada 2022 sampai 2027 produksi minyak kami targetkan 50 ribu BPH dan gas bisa menjadi 200 juta MMSCFD. Dengan kepastian Pelabuhan Cilamaya direlokasi, kami jadi mengembangkan ONWJ lagi karena ada empat plan of development (POD) yang kami rencanakan di sekitar area awal pelabuhan," kata Bambang.
Sementara Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menilai keputusan pemerintah yang membatalkan pembangunan proyek Pelabuhan Cilamaya sebagai keputusan yang tepat. Pertamina menurutnya selama ini keberatan dengan rencana proyek tersebut karena hanya akan mengganggu kegiatan produksi ONWJ, sebab lalu lintas kapal yang keluar masuk pelabuhan bisa membahayakan.
“Hari ini diputuskan lokasi pelabuhannya geser ke wilayah Timur, Jawa Barat dari lokasi semula. Kalau disana menurut kami memungkinkan dibangun pelabuhan itu,” kata Syamsu.
(gen)