Harga Komoditas Anjlok, PT Timah Coba Peruntungan di Properti

CNN Indonesia
Jumat, 24 Apr 2015 06:00 WIB
Pada kuartal pertama 2015 harga penjualan rata-rata PT Timah sebesar US$ 18.930 per ton, turun dari US$ 23.000 pada kuartal I 2014.
Dirut PT Timah Tbk Sukrisno (Dok. Antara Photo)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Timah Tbk (TINS), perusahaan tambang pelat merah, mengincar porsi diversifikasi bisnis timah dan non timah mencapai 50-50. Perseroan bakal menambah kontribusi pendapatan di sektor lain, seperti logam tanah jarang dan properti.

Direktur Utama PT Timah Sukrisno menyatakan setelah harga komoditas yang terus melemah, perseroan akan mulai mencoba produksi tanah jarang yang harganya lebih mahal dan bahkan masuk ke bisnis properti.

Dia berharap perseroan dapat mengurangi porsi penjualan timah menjadi 80-85 persen dari sebelumnya 90-95 persen di saat harga timah global yang belum pulih karena penambangan ilegal dan penyelundupan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak hanya bergantung pada timah tetapi akan diversifikasi. Kami rencanakan lima tahun akan lakukan diversifikasi, dan akan masuk properti tahun ini. Harapannya diversifikasi bisa sampai 50-50," katanya di Jakarta, Kamis (23/4).

Sejauh ini, perseroan sudah membangun pilot plant (mini plant) pengolahan monasit untuk mendapatkan Logam tanah Jarang dalam bentuk Re(OH)3, yang harganya diklaim 10 kali lipat harga logam timah.

"Kapasitas produksi awal mencapai 50 kilogram per hari dan investasinya sekitar Rp 25 miliar. Miniplant rencananya Juni commissioning, Agustus bisa mulai produksi komersial. Pembelinya sudah ada, dari Jepang," katanya.

Terkait kebijakan pemerintah melarang ekspor tanah jarang, Sukrisno mengatakan perseroan akan melakukan proses pengolahan terlebih dahulu sehingga yang diekspor bukan berupa barang mentah.

Sementara di sektor properti, perseroan tengah melakukan pembentukan anak usaha dengan mendirikan patungan bersama badan usaha milik negara lainnya yaitu PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Anak usaha baru itu dibentuk untuk mengelola lahan seluas 176 Ha milik PT Timah.

"Porsi kepemilikan kami, mayoritas 51 persen. Kalau ADHI dan WIKA masing-masing 24,5 persen. Karena mayoritas, pendapatan properti akan masuk dalam konsolidasi perseroan," jelas

Harga Timah Anjlok

Sukrisno mengungkapkan, harga timah sempat menyentuh US$ 13.600 per ton di tahun ini, yang merupakan titik terendah dalam 10 tahun karena berlebihnya pasokan. Dia mengungkapan harga penjualan rata-rata perseroan pun turun menjadi US$ 18.930 per ton pada kuartal pertama tahun ini, dibandingkan dengan harga tiga bulan pertama tahun lalu US$ 23.000.

“Kami akan menahan penjualan meski produksi masih terus berjalan. Sepanjang kuartal pertama tahun ini, volume penjualan mencapai 5.304 ton, dibandingkan 4.319 ton pada periode sama tahun lalu,” jelasnya

Namun, di sisi lain produksi bijih mencapai 6.653 ton, naik dibandingkan 6.253 ton dan produksi logam pun naik menjadi 7.657 ton, dibandingkan 5.148 ton. "Intinya kami memang sengaja menahan penjualan bila harga masih rendah," kata Sukrisno.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER