Jakarta, CNN Indonesia -- Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) migas telah mengajukan revisi rencana kerja dan anggaran (Work Program and Budgeting) 2015 ke Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas) menyusul anjloknya harga minyak mentah. Dari 76 Wilayah Kerja (WK) yang berproduksi di Indonesia, SKK Migas selaku regulator industri hulu migas baru menyelesaikan pembahasan revisi terhadap 30 WK.
"Sekarang sudah berjalan satu bulan. Mungkin akhir Mei nanti angka (revisi) akan ketahuan," ujar Benny Lubiantara, Kepala Divisi Pengendalian Program dan Anggaran SKK Migas di Jakarta, Rabu (29/4).
Dalam pembahasan Work Program and Budgeting (WP&B) 2015, Benny mengungkapkan mayoritas KKKS mengusulkan penurunan biaya sekitar 20 persen sampai 30 persen. Dalam usulan revisi tersebut, disinggung pula kegiatan pengembangan sumur-sumur minyak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berangkat dari usulan tersebut, Benny meyakini tingkat produksi (lifting) minyak Indonesia akan turun pada tahun depan. "Walaupun sekarang turunnya (angka lifting) baru 5 persen atau tidak signifikan, namun kita lihat nanti di 2016," tuturnya.
Sebagai informasi, dalam WP&B 2015 ditetapkan total belanja mencapai US$ 22,2 miliar. Untuk belanja eksplorasi dianggarkan sebesar US$ 1,3 miliar, yakni untuk mengebor 54 sumur, kegiatan seismik dua dimensi seluas 947,2 km dan seismik tiga dimensi seluas 2.300 km2. Sementara sisanya dialokasikan untuk belanja pengembangan 783 sumur sebesar US$ 4,7 miliar, pengeluaran produksi US$ 14,8 miliar, serta biaya umum US$ 1,5 miliar.
"Angka revisi yang paling diajukan satu diantaranya oleh PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina EP yang sampai menunda pengembangan 100 sumur migas tahun ini," tutur Benny.
(ags/gen)