Berharap Sentimen The Fed, IHSG Berpeluang Rebound

CNN Indonesia
Kamis, 30 Apr 2015 06:19 WIB
Rilis kinerja emiten yang turun, pelemahan rupiah, hingga aksi jual asing turut membuat IHSG semakin terperosok.
(ANTARA FOTO/OJT/Muhammad Ifdhal)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berada dalam rentang support 4.995-5.000 dan resisten 5.125-5.150 pada perdagangan Kamis (30/4), dengan peluang bergerak rebound setelah utang gap yang terlunasi dan sentimen positif The Fed.

Reza Priyambada, Head of Research PT NH Korindo Securities Indonesia, mengatakan laju IHSG gagal mendekati area target resisten (5.252-5.264) dan juga sempat jauh di bawah area target support (5.150-5.172).

Menurutnya, laju IHSG terlihat gagal mencoba berbalik naik seiring kian membesarnya volume aksi jual dibandingkan aksi beli.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reza memperkirakan kekhawatiran akan laju IHSG yang akan melunasi utang gap di 5.069-5.076 dan 5.113-5.125 bakal terjadi.

“Dengan harapan akan terjadinya peluang rebound pasca lunasnya utang gap tersebut, ekspektasi adanya imbas positif dari The Fed, dan harapan akan meredanya aksi jual maka kami berharap laju IHSG dapat membaik. Akan tetapi, tetap cermati dan waspadai masih adanya potensi pelemahan lanjutan pada IHSG,” jelasnya dalam riset, Kamis (29/4).

Terkait perdagangan sebelumnya, Reza menilai laju IHSG masih dalam zona merah. Bahkan lebih dalam dibandingkan sebelumnya.

Sejumlah sentimen negatif masih mewarnai laju IHSG yang tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi bursa saham Amerika Serikat (AS) dan beberapa Asia yang masih dapat menghijau.

“Kondisi inipun sejalan dengan perkiraan kami yang memperkirakan masih adanya potensi pelemahan. Di sisi lain, maraknya pemberitaan dan anggapan penurunan ini karena sentimen penurunan popularitas Presiden Jokowi yang turun dan telah berlangsungnya eksekusi mati terpidana narkoba menjadi sentimen yang telalu berlebih-lebihan untuk dijadikan dasar penurunan market yang menurut kami sangat tidak relevan,” jelasnya.

Reza mengungkapkan, masih adanya rilis kinerja para emiten yang mengalami penurunan pertumbuhan, melemahnya laju Rupiah, hingga aksi jual asing yang memanfaatkan masih besarnya nilai net buy sejak awal tahun (Rp 12,36 triliun) yang dibarengi kepanikan secara psikologis terutama investor lokal turut membuat IHSG semakin terempas ke jurang.

Dari pasar global, menurutnya laju bursa saham Asia masih mencatatkan kenaikan meski tipis. Hal itu menurutnya tidak jauh berbeda dari hari sebelumnya dimana ekspektasi meningkatnya nilai pembagian dividend dan masih melemahnya Yen.

“Sementara laju bursa saham Tiongkok dan sekitar melemah seiring aksi jual pada saham-saham keuangan pasca dirilisnya beberapa kinerja keuangan yang mengalami penurunan,” ujarnya.

Adapun rilis kenaikan housing prices Inggris, retail sales Spanyol, loan growth Uni Eropa, hingga business confidence Italia tidak cukup mampu membalikkan laju bursa saham Eropa ke teritori positif.

Menurutnya pelemahan masih terjadi seiring aksi jual pada pasar saham untuk berpindah ke pasar surat utang yang menawarkan kenaikan yield. Selain itu, pelaku pasar juga menantikan rilis pertemuan akhir The Fed.

“Laju bursa saham AS masih akan menunggu hasil keputusan pertemuan The Fed terutama terkait pandangangan The Fed terhadap perekonomian AS dan pernyataan akan Fed ,” ungkap Reza.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER