Jakarta, CNN Indonesia -- Laba bersih perusahaan pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) naik tipis, sebesar 3,5 persen, pada kuartal I 2015 menjadi Rp 6,14 triliun. Sementara rasio kredit macet (
non-performing loan/NPL) kotor hingga akhir Maret 2015 melonjak menjadi 2,17 persen dari 1,78 persen. Hal itu di bawah prediksi konsensus analis.
Analis PT Macquarie Capital Securities Indonesia Nicolaos Oentung menyatakan capaian laba bersih BRI sesuai dengan perkiraannya, tetapi di bawah prediksi konsensus, yang memperkirakan bakal naik 4 persen secara tahunan, dan 1 persen secara kuartalan.
“Kami memperkirakan pertumbuhan laba bersih 4 persen untuk sepanjang 2015 di Rp 25,2 triliun. Sementara konsensus memperkirakan pertumbuhan 12 persen di Rp 27,1 triliun,” jelasnya dalam riset, Kamis (30/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara keseluruhan, Nicolaos menyatakan kinerja BRI lemah, dengan jatuhnya
net interest margin, pertumbuhan kredit lebih lambat, rasio pendapatan biaya yang lebih tinggi dan melonjaknya NPL.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasi tanggal 30 April 2015, sepanjang kuartal I 2015, BRI membukukan laba bersih Rp 6,14 triliun atau Rp 249,03 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 5,93 triliun atau Rp 240,59 per saham. Hal itu terjadi karena meningkatnya beban bunga dan beban tenaga kerja.
Pendapatan bunga bersih BRI tercatat hanya naik 8,7 persen menjadi Rp 13,5 triliun akibat melonjaknya beban bunga hingga 56,7 persen menjadi Rp 7,36 triliun dari sebelumnya Rp 4,7 triliun.
Hal itu ditambah jumlah kredit yang disalurkan oleh BRI turun 3,6 persen menjadi Rp 477,89 triliun per akhir Maret 2015, dibandingkan akhir Desember 2014. Sementara margin bunga bersih atau
net interest margin (NIM) BRI pada kuartal I 2015 turun menjadi 7,57 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 9,06 persen.
Kerugian penurunan nilai kredit BRI meningkat 34,5 persen menjadi Rp 1,5 triliun dan beban tenaga kerja pun meningkat 20,3 persen menjadi Rp 3,85 triliun. Hal tersebut ikut menahan laju pertumbuhan laba bersih BRI.
Lebih lanjut, dana pihak ketiga (DPK) BRI per akhir Maret turun 2,1 persen menjadi Rp 592 triliun yang didorong oleh penurunan dana giro dan tabungan (
cash account saving account/CASA) sebesar 5,6 persen menjadi Rp 304 triliun.
Sementara itu, rasio dana pihak ketiga terhadap kredit (
loan to deposit ratio/LDR) turun menjadi 80,47 persen pada akhir Maret 2015, dibandingkan 92,01 persen pada akhir Maret tahun 2014.