Jakarta, CNN Indonesia --
Manajemen PT Pertamina (Persero) kembali merevisi target penyelesaian proyek kilang Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang dibangun di komplek kilang minyak perseroan, Cilacap, Jawa Tengah. Pasalnya, proyek yang ditargetkan bisa selesai pada akhir 2014 dan mengalami kemunduran di Juni 2015, ternyata baru akan rampung di kuartal III 2015.
"Awalnya kontraktor malah ingin uji coba pengoperasian kilang RFCC dilakukan di akhir tahun (2015). Karena kami dorong, akhirnya proyek bisa dioperasikan secara bertahap hingga dioperasikan penuh pada kuartal III nanti," ujar Rachmad Hardadi Direktur Pengolahan di Jakarta, kemarin (29/4).
Meski mengalami kemunduran, Rachmad bilang kapasitas pengolahan kilang RFCC akan sesuai dengan volume yang ditargetkan. Ia mengatakan, proyek yang ditaksir menelan dana investasi sebesar US$ 1,4 miliar itu akan memproduksi pertamax sebanyak 62 ribu barel per hari (Bph), Propylene sekitar 5.177 Bph, LPG sekitar 11.625 Bph, hingga produk C5 dan gasoline mencapai 37.586 Bph.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuannya tak lain untuk meningkatkan kapasitas blending Ron 92 dan mengurangi impor HOMC (Minyak berkadar Ron tinggi). Selain itu untuk RFCC bisa meningkatkan produksi LPG hingga menambah produk BBM serta meningkatkan margin kilang," tutur Rachmad.
Dengan adanya tambahan itu, Rachmad menghitung kapasitas total kilang Pertamina di Cilacap akan mencapai 412 ribu Bph. Ini menginggat kilang minyak Cilacap saat ini baru memiliki kapasitas produksi minyak mencapai 350 ribu Bph.
"Dimana kapasitas 350 ribu barel tadi 45 persen kapasitasnya untuk memproduksi solar," cetus Rachmad.
(dim/dim)