Jakarta, CNN Indonesia -- Kombinasi antara pelemahan kurs dan penaikan harga-harga energi disinyalir memicu lonjakan harga barang dan jasa. Standard Chartered memprediksi terjadinya inflasi pada April sebesar 0,4 persen dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya atau sekitar 6,8 persen jika mengacu pada realisasi inflasi April 2014.
Eric Sugandi, Ekonom Senior Standard Chartered, menjelaskan proyeksi perusahaannya didasarkan pada empat faktor penting di bulan lalu. Pertama dan utama adalah naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) yang mendongkrak harga-harga barang yang erat hubungannga dengan penggunaan bahan bakar.
"Kedua dan ketiga adalah harga LPG 12 kilo gram yang juga naik serta depresiasi rupiah," ujarnya kepada
CNN Indonesia, Minggu (3/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelemahan Rupiah, kata Eric, telah menyebabkan kenaikan harga-harga barang yang diimpor (imported inflation). Alurnya adalah dengan semakin mahalnya dolar membuat biaya impor bahan bali produksi naik sehingga industri mentransfer sebagian beban ongkos produksinya ke konsumen dengan menyesuaikan harga produk.
"Untungnya ada faktor panen raya yang menekan harga-harga bahan baku pangan, yang kemungkinan deflasi untuk kelompok barang ini," tuturnya.
Bicara soal inflasi inti (core inflation), Eric Sugandi meramalkan di bulan April sebesar 5 persen. Sementara, menurutnya pada Mei terdapat potensi inflasi 0,4-0,5 persen. Secara kumulatif hingga akhir tahun, Standard Chartered meyakini inflasi 2015 akan berada di kisaran 3,7 persen.
"BI rate kami perkirakan masih akan bertahan di 7,5 persen," jelasnya.
(gir)