Ekonomi Lambat, BKPM Menilai Ini Momentum Investasi

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 05 Mei 2015 13:05 WIB
Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat. Kepala BKPM Franky Sibarani justru melihat itu sebagai peluang untuk merealisasikan investasi.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat ke angka 4,71 persen pada kuartal pertama 2015 dinilai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani sebagai momentum yang tepat untuk merealisasikan investasi di dalam negeri.

Dengan kondisi perekonomian dunia serta Indonesia yang kini sedang lesu, harga barang modal akan menjadi lebih murah seiring permintaan global yang juga ikut menurun.

"Dengan ekonomi yang sedang menurun, dalam setiap kunjungan kerja saya perhatikan bahwa banyak sekali investor yang mengejar realisasi investasinya karena kini barang modal sedang murah, seperti baja ataupun bahan bakar minyak. Mereka tak ingin kehilangan momentum ini," ujar Franky di Jakarta, Selasa (5/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai salah satu variabel yang membentuk pertumbuhan ekonomi, investasi pada kuartal pertama menurutnya sudah cukup baik, yang dibuktikan dengan peningkatan sebesar 16,9 persen dibanding tahun lalu dengan capaian realisasi investasi sebesar Rp 106,6 triliun. Dengan optimisme realisasi investasi pada kuartal II akan meningkat, maka Franky optimistis pertumbuhan ekonomi juga ikut terangkat.

"Karena memang tren-nya seperti itu. Pada kuartal pertama indikator perekonomian memang melemah, tapi biasanya kuartal II, kuartal III dan seterusnya akan meningkat terus," katanya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat jadi 4,71 persen pada kuartal I 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year).

Kepala BPS Suryamin mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum menggembirakan.

Menurutnya, sumber sentimen negatif yang paling berpengaruh adalah perlambatan ekonomi Tiongkok dan Singapura, yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia baik ekspor maupun impor.

Perekonomian Tiongkok turun dari 7,4 persen pada kuartal III 2014 menjadi 7,0 persen, sedangkan Singapura turun dari 4,9 persen menjadi 2,1 persen.
(ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER