Jusuf Kalla Minta BI Rate Turun Perlahan

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Kamis, 07 Mei 2015 11:48 WIB
Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan secara pelan-pelan. Apa alasannya?
Wakil Presiden Jusuf Kalla disela-sela KTT Asia Africa, Jakarta, 22 April 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pun meminta Bank Indonesia (BI) untuk perlahan-lahan menurunkan suku bunga acuannya (BI Rate) yang saat ini masih bertengger di level 7,5 persen. Pasalnya, di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang melemah, pemerintah sangat mengandalkan investasi dengan suku bunga yang rendah sebagai motor penggerak ekonomi.

"Sebenarnya sekarang sudah agak longgar dari tahun lalu. Ya nanti semoga pelan-pelan turun," kata Kalla usai memberikan sambutan dalam acara Institute International Finance (IIF) di Jakarta, Kamis (7/5).

Namun, Jusuf Kalla menekankan, stabilitas makro juga perlu dijaga dengan penurunan suku bunga acuan ini. Di lain pihak, dia membenarkan penurunan suku bunga acuan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Distabilkan, turun sedikit-sedikit, karena nanti kalau diturunkan lagi pada enggak mau nabung," katanya.

Sebelumnya Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 14 April lalu memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di angka 7,5 persen untuk bulan ketiga secara berturut-turut. Selain itu, BI juga mempertahankan suku bunga fasilitas kredit (lending facility) tetap 8 persen dan suku bunga deposito tetap di angka 5,5 persen.

BI masih optimistis inflasi tetap sesuai target meskipun tingkat inflasi month-to-month pada Maret 2015 mencapai angka 0,17 persen, atau 6,38 persen secara year-on-year karena terjadi deflasi pada bahan pangan. Selain itu, optimisme BI muncul setelah komoditas pangan, seperti beras, mulai memasuki masa panen.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,71 persen pada kuartal I 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year). Artinya perekonomian nasional melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,14 persen secara tahunan.

Kepala BPS Suryamin mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.724 triliun. Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum menggembirakan.

Menurutnya, sumber sentimen negatif yang paling berpengaruh adalah perlambatan ekonomi Tiongkok dan Singapura, yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia baik ekspor maupun impor.
(gir/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER