Jakarta, CNN Indonesia -- Industri minyak dan gas (migas) Indonesia masih memiliki prospek yang cukup positif. Hal ini ditandai dengan besarnya atensi investor asing yang menyatakan minat investasinya kepada pemerintah saat mengikuti konferensi
Offshore Technology di Houston, Amerika Serikat pekan lalu.
Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agus Cahyono mengungkapkan, keikutsertaan Indonesia dalam konfrensi internasional pengembangan teknologi pengeboran laut dalam tersebut tak lepas dari masih besarnya minat pelaku usaha untuk menanamkan investasinya di Indonesia.
"Indonesia dipilih sebagai
new energy support bersama negara lain seperti Meksiko, Amerika Serikat, Brasil, dan Kanada. Terpilihnya Indonesia karena pelaku usaha masih optimistis dengan industri migas nasional yang prospeknya masih bagus," tutur pria yang kerap dipanggil Aca di Jakarta, Rabu (13/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aca mengatakan Indonesia juga berkesempatan mengisi satu diskusi panel khusus untuk memaparkan program pemerintah di sektor migas. Selain akan meningkatkan kegiatan eksplorasi khususnya di wilayah Indonesia Timur, ia pun sempat memparkan konsep poros maritim dunia yang menjadi salah satu program unggulan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dia menambahkan peserta konferensi yang kebanyakan merupakan pelaku usaha hingga pemangku kebijakan dari sejumlah negara mengaku masih ingin berinvestasi di Indonesia.
"Yang buat saya senang, setelah diskusi selesai ada lebih dari 10 orang mengantri untuk mengobrol dengan saya. Mulai dari konsorsium perusahaan migas Belanda, Amerika dan lain-lain. Mereka menyatakan tertarik untuk berinvestasi di Indonesia," katanya. Sayang Aca masih enggan menyebut identitas perusahaan yang dimaksud.
Pemerintah Indonesia memang tengah mengupayakan peningkatan iklim positif di sektor migas khususnya sektor hulu. Ini dilakukan dengan cara meningkatkan kegiatan eksplorasi, perbaikan tata kelola bisnis, hingga secara perlahan merampingkan jumlah perizinan yang selama ini menjadi penghambat.
Untuk itu, pemerintah telah membentuk tim baru yang dinamai Komite Eksplorasi Nasional dan mulai mengimplementasikan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
"Tujuannya agar perizinan lebih efisien dan efektif. Sementara pembentukan Komite untuk menggenjot kegiatan eksplorasi, menyiasati rendahnya harga minyak dunia," ujar Direktur Jenderal Migas I Gusti Nyoman Wiratmaja beberapa waktu lalu.
Meski begitu, melemahnya harga minyak dunia menjadikan nilai investasi di sektor hulu migas kuartal I 2015 baru mencapai US$ 3 miliar atau 17,14 persen dari target tahun ini di angka US$ 17,4 miliar.
(gen)