Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) didesak melakukan impor minyak dengan kontrak jangka panjang pasca dilikuidasinya Pertamina Energy Trading Limited (Petral) usai audit investigasi selesai dilakukan. Kontrak pembelian minyak jangka panjang dinilai akan lebih menguntungkan perseroan dibandingkan melakukan impor secara
spot seperti yang selama ini dilakukan Petral.
“
Integrated Supply Chain (ISC) akan terus membuka tender, termasuk pemegang saham Pertamina akan membantu mencari dan membukakan pintu bagi
direct supply atau
direct bill,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (15/5).
Sudirman menuturkan, ISC yang dibentuknya pada 2008 lalu sudah memiliki visi agar 70 persen minyak yang diimpor Pertamina merupakan kontrak jangka panjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Itu yang tidak pernah terjadi kan. Menurut saya itu sesuatu yang masuk akal karena kita sudah bisa memprediksi dalam jangka panjang kebutuhan minyak berapa. Jadi ke depan, bagaimana memperbanyak kontrak dan mengurangi
spot,” kata Sudirman.
Dia menilai, pembelian
spot yang selama ini banyak dilakukan Petral sudah tidak sesuai dengan tujuan dari pembelian di pasar
spot itu sendiri. Sudirman menyebut pembelian
spot harusnya bisa dilakukan secara fleksibel, menyesuaikan dengan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM).
“
Flexibility itu harusnya jangan banyak-banyak. Sementara kalau sekarang itu kan mayoritas hampir semuanya
spot,” tegasnya.
(gen)