Jakarta, CNN Indonesia -- Berakhirnya masa kerja Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) pada 14 Mei 2015 merupakan keputusan yang diambil oleh Faisal Basri selaku mantan ketua dengan anggota tim lainnya. Telah dijalankannya sejumlah rekomendasi yang dibuat tim, serta ditempatkannya beberapa mantan koleganya di sejumlah posisi strategis dinilai Faisal sudah cukup untuk menjaga diimplementasikannya seluruh rekomendasi yang dibuat oleh pemerintah nantinya.
“Sebagian besar anggota tim sudah berada di pos strategis untuk mengawasi industri migas. Seperti Daniel Purba di Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina, Djoko Siswanto sebagai Direktur Pembinaan Hulu Migas Kementerian ESDM, kemudian ada Parulian Sihotang yang menjadi Deputi Pengendalian Keuangan di SKK Migas dan Agung Wicaksono di tim Pelaksana Program Ketenagalistrikan ESDM. Maka itu tidak ada urgensi yang besar untuk melanjutkan kerja tim,” kata Faisal dalam perbincangan dengan CNN Indonesia di Jakarta, Kamis (14/5).
Sebelumnya pada 9 April 2015, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said telah menawarkan perpanjangan masa kerja tim selama enam bulan menjadi 14 November 2015. Namun ketika itu, Faisal mengaku akan membicarakan tawaran tersebut dengan timnya terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faisal mengakui, meski masa kerja tim tergolong singkat, namun menurutnya hal tersebut tidak menjadikan momen-momen yang dialami layaknya suatu pekerjaan biasa. Dia menyatakan, kerja tim saat itu adalah kerja yang sentimentil, apalagi karena banyak pandangan pesimistis dan negatif juga dari pengamat maupun anggota DPR.
“Memasuki masa akhir, kami sangat sentimentil saat itu. Ada rasa patriotisme. Ada perasaan kerja sebagai negarawan. Saya kira semua anggota tim merasakan hal tersebut, karena hampir tiap anggota sebenarnya orang yang sibuk tapi rela mengorbankan waktu untuk tim,” jelas Faisal.
Selama enam bulan bekerja, Faisal mengaku tidak ada satupun rekannya yang berbicara mengenai berapa besar uang yang diterima oleh tim dari pemerintah sebagai uang tanda jasa pekerjaan yang diembannya.
“Orang berpikir kami bergelimang uang, padahal tidak seperti itu,” ungkapnya.
Ekonomi Politik MigasUsai tidak lagi menjabat sebagai Ketua Tim Antimafia Migas, Faisal mengaku akan kembali ke dunia akademisi yaitu Universitas Indonesia tempat dirinya selama ini mengajar.
“Saya juga akan menulis buku, yang judulnya sudah jelas ‘Ekonomi Politik Migas di Indonesia’” kata Faisal.
(gen)