Rupiah Kembali Melemah Karena Sentimen The Fed

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Senin, 18 Mei 2015 17:43 WIB
Pelaku pasar dinilai mengkhawatirkan pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Charles Evans yang cenderung mendukung kemungkinan kenaikan suku bunga.
Petugas mengangkat tumpukan uang di Cash Center BNI, Jakarta, Rabu, 1 April 2015. Uang tersebut akan didistribusikan ke mesin atm yang berada di wilayah Jakarta. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin (18/5). Sejauh ini rupiah kembali melemah di kisaran 13.139 per dolar AS. Rupiah sempat melemah hingga ke level 13.145 dan berada di posisi terkuatnya di level 13.070 per dolar AS.

Pengamat ekonomi dari IAIN Sumut Gunawan Benyamin mengatakan, rupiah kembali perkasa menjelang pernyataan dari Gubernur Bank Sentral AS Charles Evans. Menurut dia, pelaku pasar sepertinya mengkhawatirkan Evans akan memberikan arahan yang cenderung mendukung kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral.

“Selain itu, pada hari Selasa ini juga akan diumumkan data perumahan AS yang sejauh ini diperkirakan akan mengalami kenaikan,” jelasnya melalui surat elektronik, Senin (18/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, sentimen tersebut lebih memberikan tekanan dibandingkan data perekonomian yang cenderung meralisasikan angka positif. Sementara itu, dari domestik, BPS mengumumkan kinerja perdagangan luar negeri Indonesia akhir pekan lalu.

Seperti diketahui, laju penurunan impor yang lebih besar dari ekspor membawa neraca perdagangan Indonesia surplus dibulan April 2015. Ekspor April mencapai US$ 13,0 miliar (-8,5 persen secara tahunan), dan impor sebesar US$ 12,7 miliar (-22,3 persen secara tahunan), sehingga surplus perdagangan luar negeri tercatat sebesar US$ 454,4 juta.

“Data dari BPS tersebut tidak mampu menjadi penyeimbang bagi rupiah yang masih dibawah tekanan Dolar AS. Bahkan di akhir pekan kemarin sejumlah data AS lainnya juga tak kalah buruk,” katanya

Dia menjelaskan, indeks kepercayaan konsumen AS terbitan University of Michigan turun kelevel 88,6 terendah dalam 7 bulan. Sementara output industri bulan April turun sebesar 0,3 persen, lebih rendah dari ekspektasi pasar yaitu naik 0,1 persen.

“Penurunan output industri terjadi dalam 5 bulan berturut-turut. Pelaku pasar khawatir akan terjadi perlambatan momentum pertumbuhan ekonomi AS dikuartal kedua tahun ini,” ungkapnya.

Dari sisi regional, lanjutnya, memang ada sejumlah data yang seharusnya mampu memberikan dorongan bagi kinerja mata uang regional Asia. Informasi ekonomi terbaru dari Jepang adalah rilis indikator Japan's machinery orders yang tumbuh 2,9 persen secara bulanan dibulan Maret, lebih tinggi dari prediksi pasar sebesar 1,8 persen.

Sepanjang kuartal 1 2015, Japan's machinery orders (permintaan mesin) telah meningkat 6,3 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Japan's machinery orders merupakan salah satu leading indicator belanja modal perusahaan Jepang 6-9 bulan mendatang.

“Data dari Jepang tersebut belum mampu membuat sejumlah mata uang asia menguat termasuk dengan mata uang rupiah,” ujar Gunawan. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER