Rupiah Melemah Terseret Perlambatan Ekonomi

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 05 Mei 2015 13:11 WIB
Hingga pukul 12.30 WIB, rupiah melemah hingga level 13.029 per dolar AS di pasar spot, dari penutupan sebelumnya di level 12.987.
Kasir menghitung uang rupiah di tempat penukaran uang di kawasan Cikini, Jakarta, Selasa, 10 Maret 2015.
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat kembali melemah di pasar spot setelah pengumuman melambatnya perekonomian Indonesia kuartal I menjadi 4,71 persen. Hingga pukul 12.30 WIB, rupiah melemah hingga level 13.029 per dolar AS, dari penutupan sebelumnya di level 12.987.

“Jadi ini memang luar biasa dan merupakan kejutan. Sebelumnya konsensus menyampaikan prediksi tantang perlambatan ekonomi di kuartal I ini. Namun ternyata realisasinya lebih rendah,” ujar Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo kepada CNN Indonesia, Selasa (5/5).

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,71 persen pada kuartal I 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year). Artinya perekonomian nasional melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,14 persen secara tahunan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala BPS Suryamin mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.724 triliun. Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum menggembirakan.

Suryamin menilai, sumber sentimen negatif yang paling berpengaruh adalah perlambatan ekonomi Tiongkok dan Singapura, yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia baik ekspor maupun impor.

Terkait pelemahan nilai tukar rupiah tersebut, Satrio menyatakan saat ini pasar hanya bisa berharap dari kebijakan pemerintah, terutama yang bisa memperbaiki pertumbuhan tanpa harus membuat mata uang terseret.

“Investasi kan baru menarik jika pertumbuhan ekonominya juga meningkat. Kalau sudah begini, saya kira pemerintah harus mulai bergerak cepat untuk menyelesaikan masalahnya,” jelasnya.

Menurutnya, kebijakan stimulus perlu dilakukan pemerintah untuk mengakselerasi investasi dan industri. Di sisi lain, kebijakan moneter dan fiskal juga perlu mulai dikaji tanpa dengan pertimbangan yang matang.

“Saya kira, kalau keadaannya sudah begini, Bank Indonesia sebaiknya menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI rate). Kalau perekonomian membaik, nilai tukar juga bakal ikut positif,” kata Satrio. (gir/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER