Pertumbuhan Kredit Terendah Sejak 2010, NPL Diprediksi Naik

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 19 Mei 2015 13:04 WIB
Pertumbuhan kredit industri perbankan di Indonesia pada kuartal I 2015 tercatat di level 11,3 persen, terendah sejak Maret 2010 yang mampu tumbuh 11,5 persen.
Petugas mengangkat tumpukan uang di Cash Center BNI, Jakarta, Rabu, 1 April 2015. Uang tersebut akan didistribusikan ke mesin atm yang berada di wilayah Jakarta. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan kredit industri perbankan di Indonesia pada kuartal I 2015 tercatat di level 11,3 persen, atau posisi terendah sejak Maret 2010 yang saat itu mampu tumbuh 11,5 persen secara tahunan. Pengamat menilai tingkat kredit macet (non performing loan/NPL) bakal mencapai puncaknya pada kuartal II 2015.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) menunjukkan pertumbuhan industri perbankan mencapai posisi terendah sejak awal 2010 setelah krisis ekonomi global. Sementara kredit modal kerja saat ini tumbuh di bawah 10 persen, sedangkan kredit investasi tumbuh 13,5 persen secara tahunan dan kredit konsumsi 11,6 persen secara tahunan.

Berdasarkan pembagian sektoral, kredit perikanan tumbuh lebih dari 20 persen secara tahunan, konstruksi 28 persen, sedangkan kredit rumah tangga masih tetap 12,5 persen secara tahunan. Seluruh area di Indonesia membukukan pertumbuhan yang lebih rendah dari bulan sebelumnya kecuali di Sulawesi dan bagian lain (kawasan Timur Indonesia/KTI).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tjandra Lienandjaja, analis PT Mandiri Sekuritas menyatakan, pertumbuhan simpanan (Dana Pihak Ketiga/DPK)masih terjadi dan berada di level 16 persen secara tahunan. Dia mencatat, pemenang pada periode Maret adalah bank kecil, termasuk bank pembangunan daerah, yang masing-masing tumbuh 18,9 persen dan 28,1 persen secara tahunan.

“Kami meyakini hal tersebut disebabkan penurunan suku bunga di antara bank besar sementara bank kecil masih menawarkan suku bunga yang lebih tinggi,” jelasnya dalam riset, Selasa (19/5).

Di antara tipe DPK, deposito berjangka masih membukukan pertumbuhan lebih besar yaitu 20 persen, sedangkan tabungan hanya tumbuh 4 persen secara tahunan. Berdasarkan area, seluruh daerah membukukan pertumbuhan suku bunga yang mengindikasikan dibandingkan posisi Januari dan Februari serta mengindikasikan lebih banyak dana menganggur di sistem. Rasio kredit terhadap DPK (LDR) turun 87,6 persen pada Maret 2015, kembali ke posisi Juni 2013.

“Kami juga menggaris bawahi bahwa penghitungan dan kalkulasi margin bunga bersih (net interest margin/NIM) kurang tepat, karena memasukkan faktor aset laba off-balanced sejak November 2013. Perbankan juga memasukkan lagi metode yang sama pada Maret 2015 ketika rerata laba aset turun 22 persen secara bulanan,” jelasnya.

Sebagai hasilnya, lanjut dia, rerata NIM industri kembali ke 5,3 persen pada Maret 2015 dari 4,1 persen pada Februari 2015. Di antara bank, NIM bank BUMN 5,9 persen, 4,9 persen di bank komersial, dan BPD sebesar 7 persen, sedangkan level di bank patungan dan bank asing masing-masing sebesar 3,3 persen dan 3,7 persen. Adapun pinjaman tidak lancar industri turun menjadi 2,4 persen pada Maret.

“Kami masih memprediksi NPL akan naik lagi dan kemungkinan akan mencapai puncaknya pada kuartal II 2015. Karena kami mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang lebih besar pada kuartal III, maka kami memprediksi pertumbuhan kredit akan mulai naik dan kualitas asetnya juga naik yang akan memberikan tekanan lebih kecil kepada perbankan untuk menyisihkan beban provisi,” ungkap Tjandra. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER