Jakarta, CNN Indonesia -- Pemegang lisensi waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC) di tanah air, PT Fast Food Indonesia Tbk. berencana menambah 49 gerai baru sepanjang tahun ini dengan fokus di wilayah timur Indonesia.
“Tetapi kami juga mau atau menutup 9 gerai. Jadi sebenarnya akan ada tambahan 40 gerai tahun ini," kata Direktur Fast Food Indonesia J. Dalimin Juwono usai Rapat Umum Pemegang Saham di Crowne Plaza, Jakarta, Senin (8/6).
Penambahan gerai tahun ini terbilang tinggi mengingat tahun lalu perusahaan itu hanya menambah 27 gerai baru. Dalimin mengatakan itu lantaran mereka ingin berekspansi ke wilayah timur secara masif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kemarin saja kami sudah buka di Bone, Sulawesi. Kami ikuti rencana Presiden Jokowi untuk merambah pasar wilayah timur,” ujarnya.
Terkait gerai yang ditutup, Dalimin menyatakan hal tersebut dilakukan karena beberapa alasan. Dia menilai selain ada yang tidak berkinerja sesuai, beberapa di antaranya juga telah habis masa sewa tempat.
“Ada juga yang sewanya kemahalan dan kita putuskan berhenti. Yang performanya tidak sesuai kita tutup lalu kita alihkan. Kami juga terus mencari daerah baru yang daya belinya tinggi,” katanya.
Sampai akhir 2014, gerai KFC yang dikelola Fast Food Indonesia di tanah air mencapai 466 unit. Rinciannya, 76 gerai di Sumatera, 300 gerai di Jawa-Bali-Nusa Tenggara, 26 gerai di Kalimantan, 35 gerai di Sulawesi, dan 11 gerai di Maluku-Papua.
Belanja ModalGuna mendukung rencana ekspansinya tersebut, pada tahun ini Fast Food Indonesia mencanangkan belanja modal (capital expenditure/capex) mencapai Rp 350 miliar yang bakal digunakan untuk berbagai hal.
“Sekitar Rp 225 miliar bakal digunakan untuk membuka gerai baru. Sementara sisanya bakal digunakan untuk peremajaan mesin dan pengembangan,” kata Dalimin.
Dia mengungkapkan, dana tersebut seluruhnya bakal menggunakan kas internal perseroan. Dalimin menyatakan belum ada rencana untuk menggunakan opsi pinjaman perbankan maupun penerbitan surat utang.
Dari sisi kinerja, seperti diketahui, emiten berkode saham FAST tersebut membukukan laba bersih tahun 2014 sebesar Rp 152,05 miliar, turun sebesar 2,71 persen dibandingkan dengan raihan 2013 senilai Rp 156,29 miliar.
Padahal, penjualan perseroan mengalami kenaikan dari Rp 3,96 triliun pada 2013 menjadi Rp 4,21 triliun di 2014. Namun beban usaha juga naik dari Rp 2,18 triliun menjadi Rp 2,34 triliun.