Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan barang-barang konsumsi PT Unilever Indonesia Tbk akan membagikan dividen final sebesar Rp 416 per saham yang akan dibayar ke pemegang saham paling lambat 7 Juli mendatang. Dengan adanya pembayaran ini, maka total dividen yang diserahkan berjumlah Rp 752 per saham setelah perusahaan menyerahkan dividen Rp 336 per saham pada akhir tahun lalu.
Dengan demikian, maka total dividen yang dibayarkan Unilever kepada pemegang saham sebesar Rp 5,7 triliun atau 100 persen dari total laba bersih perusahaan. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 5,35 triliun, maka jumlah dividen yang dibayarkan Unilever meningkat sebesar 6,56 persen.
"Kami sangat bangga karena bisa meningkatkan laba usaha hingga 7,3 persen. Apalagi di tengah situasi ekonomi yang cukup berat, pertumbuhan penjualan kami bisa mencapai dua digit," terang Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Hermant Bakshi di Jakarta, Senin (8/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, pertumbuhan laba yang berimplikasi pada kenaikan dividen ini diakibatkan oleh pertumbuhan penjualan yang tidak dipengaruhi oleh melemahnya nilai tukar rupiah dan kenaikan upah minimum regional (UMR). Bahkan, Hermant mengklaim bahwa pertumbuhan beban usaha lebih kecil dibanding pertumbuhan penjualan bersih perusahaan.
Melihat pada laporan keuangan perusahaan, Unilever berhasil membukukan pertumbuhan penjualan bersih sebesar 12,2 persen dari Rp 30,75 triliun pada 2013 menjadi Rp 34,51 triliun pada tahun lalu. Sedangkan perusahaan juga mengalami peningkatan beban usaha sebesar 8,39 persen dari angka Rp 8,61 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 9,33 triliun pada 2014.
Meskipun mencatat pertumbuhan, namun sebenarnya pertumbuhan dividen perusahaan pernah lebih besar pada tahun-tahun sebelumnya.
Pada 2012 contohnya, perusahaan membagikan dividen sebesar Rp 4,83 triliun atau naik 16,10 persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2013, jumlah dividen yang dibagikan mencapai Rp 5,35 triliun atau meningkat 10,55 persen dibanding jumlah dividen tahun 2012.
"Untuk meningkatkan pendapatan dan laba yang cukup baik, kedepannya kita akan lebih bermain pada portfolio brand. Kita akan permudah akses masyarakat ke produk-produk yang kita hasilkan, dimana satu merek produk bisa dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat," tambahnya.
Pangkas BiayaKendati memiliki strategi agar bisa meningkatkan pendapatan, perusahaan tak mau membongkar target laba ataupun penjualan untuk tahun ini. Di samping itu, Perusahan juga mengatakan bahwa dibutuhkan usaha lebih untuk mencapai kinerja seperti tahun lalu mengingat pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2015 mengalami perlambatan.
"Di dalam masa sulit seperti ini, yang bisa kita lakukan adalah melakukan efisiensi biaya operasional. Namun kami tidak akan mengurangi biaya promosi atau iklan karena kami melihat hal tersebut merupakan sebuah investasi yang cukup efektif," tuturnya.
Hermant menambahkan jika pabrik oleochemical di Sei Mangkei, Sumatera Utara sudah beroperasi pada kuartal II tahun depan maka Unilever bisa mengurangi beban operasional karena 15 persen produksi pabrik tersebut akan diserap sebagai bahan baku perusahaan.
Sebagai informasi, pada kuartal I 2015 perusahaan mengalami kenaikan pendapatan sebesar 7,9 persen menjadi Rp 9,41 triliun dari Rp 8,72 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan adanya hal tersebut, perusahaan juga mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 16,97 persen dari Rp 1,36 triliun pada kuartal I tahun sebelumnya menjadi Rp 1,59 triliun pada periode yang sama tahun ini.