Sampai Mei, Pertamina Baru Penuhi 28,23 Persen Target Laba

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Rabu, 01 Jul 2015 04:56 WIB
Dari target laba sebesar US$ 1,7 miliar, manajemen Pertamina baru bisa mengantongi US$ 480 juta akibat harga minyak yang rendah.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman (kedua dari kiri) saat melakukan paparan publik kinerja kuartal I 2015. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Masih rendahnya harga minyak dunia membuat PT Pertamina (Persero) belum mampu mengoptimalkan perolehan laba bersih dari bisnis minyak dan gas bumi (migas) yang digelutinya. Sampai Mei 2015, badan usaha milik negara (BUMN) tersebut baru mengumpulkan laba kumulatif US$ 480 juta dari target tahun ini US$ 1,7 miliar atau baru mencapai 28,23 persen target.

“Target tahun ini US$ 1,7 miliar dolar tapi Kementerian BUMN meminta target US$ 2 miliar. Walaupun pada dua bulan pertama sempat minus, tapi pada Maret, April, Mei sudah menunjukkan positif sehingga laba kumulatif kita sudah mencetak US$ 480 juta,” ujar Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman dikutip dari laman Pertamina, Selasa (30/6).

Menurut mantan Presiden Direktur PT McKinsey Indonesia itu, harga minyak yang rendah diperkirakan masih akan berlanjut dalam 2-3 tahun ke depan. Sementara, Pertamina terbentur pada penetapan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang tidak bisa fleksibel mengikuti harga pasar karena Pemerintah yang berwenang memutuskan harga BBM jenis premium, solar, dan minyak tanah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Karena itu secara pendapatan agak sulit bagi Pertamina. Oleh karena itu yang bisa dilakukan saat ini adalah melakukan efisiensi dan mempercepat pengerjaan proyek-proyek yang menghasilkan,” kata Arief.

Menurutnya, jika proyek Pertamina di sektor hulu maupun hilir migas bisa selesai tepat waktu maka perseroan tidak memiliki kewajiban untuk membayar tambahan bunga pinjaman atas proyek tersebut.

“Pertamina berkomitmen untuk terus berinvestasi, namun harus efisien. Karena itulah 14 strategic initiatives Breakthrough Project (BTP) bisa terimplementasi,” kata Arief.

Sementara Rony Gunawan, mantan Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang kini menjadi bos PT Pertamina EP mengungkapkan keberhasilannya tahun lalu yang berhasil menorehkan laba sebesar 125 persen dari target atau hampir US$ 87 juta dari target laba yang telah ditetapkan US$ 69 juta.

“Bisnis geothermal itu sangat tergantung kepada single buyer dan kita tidak bisa meningkatkan revenue kalau tidak menambah kapasitas,” kata Rony.

Oleh karena itu untuk menambah kapasitas maka PGE mempercepat proyek-proyek, salah satunya Kamojang 5 selesai dalam jangka waktu 5 bulan sehingga bisa menjadi penopang pertumbuhan pendapatan tahun ini.

“Sumur-sumur yang tidak hidup kami hidupkan kembali sehingga bisa menambah pemasukan uang. Jika revenue tidak bisa dipertahankan minimal bisa melakukan efisiensi,” tambah Rony. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER