Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit akan mengalokasikan sejumlah dana dari pengutan pengembangan perkebunan sawit (crude palm oil supporting fund/ CPO supporting fund) untuk mendukung konsumsi bahan bakar nabati (BBN). Mekanismenya dilakukan dengan cara memberikan subsidi tambahan kepada produsen BBN, di luar subsidi dari pemerintah atas produk biosolar tersebut.
"Dalam kondisi hari ini support yang akan kita berikan kurang lebih Rp 600 – Rp 700 rupiah per liter biodiesel. Subsidi (BPDP) ini on top dari Rp 1000 subsidi pemerintah terhadap biosolar yang ditetapkan di APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)," kata Direktur Utama BPDP Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Selasa (14/7).
Berbeda dengan subsidi dari pemerintah yang nilainya tetap, lanjut Bayu, subsidi dari BPDP akan berubah sesuai dengan selisih harga antara biodiesel dan BBM.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Subsidi Rp 600- 700 ini akan bergerak sesuai dengan harga. Konsumen akan menerima benefit (subsidi) kurang lebih antara Rp 1.600-Rp 1.700 per liter tapi mekanisme pengalokasian (subsidi) pada produsen,” kata Bayu.
Seperti diketahui sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) telah mewajibkan PT Pertamina (Persero) untuk mencampur BBN sebesar 15 persen pada solar (B-15). Hal itu tercantum dalam Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2015 yang berlaku per 1 April 2015. Kendati demikian, harga campuran tersebut lebih tinggi dibandingkan harga BBM yang menggunakan harga acuan MOPS.
"Adanya sistem ini menyelesaikan selisih harga itu. Dengan demikian tidak ada lagi alasan bagi Pertamina untuk tidak menjalankan amanah yang diberikan kepada dia melalui ketentuan Menteri ESDM," kata Bayu.
Bayu berharap domestik dapat menyerap sekitar 5.2 juta kl konsumsi bahan bakar yang relatif lebih ramah lingkungan ini per tahun. Dengan adanya subsidi BPDP, Bayu memperkirakan sekitar 1.8 hingga 2 juta kilo liter (kl) biodiesel bisa diserap oleh konsumen hingga akhir tahun.