Target Penjualan Sepeda Motor Direvisi (Lagi)

Immanuel Giras Pasopati | CNN Indonesia
Sabtu, 18 Jul 2015 06:10 WIB
Target penjualan sepeda motor terpaksa direvisi lagi lantaran daya beli masyarakat kian meredup. Padahal, permintaan masih kuat.
Ilustrasi (CNN Indonesia/Antara Photo/Andika Wahyu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) kembali merevisi target penjualan pada tahun ini. Penyebabnya daya beli masyarakat yang kian meredup dan kebijakan pelonggaran uang muka kredit yang dinilai tidak berdampak signifikan.

Ketua Umum AISI Gunadi Sindhuwinata mengatakan jika dilihat dari sisi permintaan, sebenarnya masih cukup kuat karena bagaimana pun juga sepeda motor masih tetap menjadi prioritas dibandingkan dengan lainnya. Gunadi menilai transportasi umum juga belum cukup memadai, meski sedang dikembangkan.

"Namun di pulau Jawa sendiri pasar boleh dikatakan sudah hampir jenuh, tidak naik lagi. Kira-kira tetap sebesar 14 persen. Sementara di daerah yang presentasinya kecil malah terlihat peningkatannya," katanya dalam acara silaturahmi Lebaran di rumah dinas Menteri Perindustrian, Jakarta, Jumat (17/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tetapi, lanjut Gunadi, jika dilihat dari asal pendapatannya, misalnya dari tambang dan komoditas lainnya, maka pemasukan masyarakat di daerah luar Jawa tersebut tertekan. Hal itu membuat penjualan motor ikut tertekan. "Nah, kalau harga komoditas menurun, maka mereka juga terkena imbasnya," katanya.

Padahal, sebelumnya AISI udah merevisi target penjualan tahun ini dari awalnya 7,7 juta unit, menjadi 6,7 juta unit saja. "Tahun ini kami perkirakan hanya sampai 6,1 sampai 6,2 juta unit saja untuk penjualan. Hal itu turun dari target awal 7,7 juta unit pada tahun ini," ujarnya.

Terkait adanya pelonggaran kredit melalui penuruan besaran uang muka, Gunadi mengatakan hal itu tidak berdampak signifikan. Masalahnya, uang muka yang turun membuat cicilan malah bertambah besar, jika tenggat pinjaman tidak diperpanjang.

"Karena uang muka hanya turun menjadi 15 persen dari 20 persen, hal tidak berarti. Karena bagaimanapun juga konsumen tetap harus membayar cicilan tiap bulan. Sedangkan industri pembiayaan tidak bisa memperpanjang tenggat untuk kredit, misalnya dari tiga tahun menjadi lima tahun, karena mereka takut kredit macet naik," ujar Gunadi.

Sementara itu, terkait besaran penjualan pada Juli tahun ini, Gunadi memprediksi mungkin akan terjadi kenaikan dari bulan sebelumnya. Namun, jika dibanding secara tahunan, ia menyatakan pasti lebih lemah karena penurunan daya beli tersebut.

"Data memang belum keluar tapi sepantauan kami khusus untuk bulan Juli saya rasa kalaupun naik juga tidak besar. Karena beranjak dari jumlah yang sudah menurun. Kalau dari bulan lalu naik, tapi dari tahun lalu pasti lebih rendah," ungkapnya.

Senada, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pemberdayaan Daerah dan Bulog, Natsir Mansyur mengatakan, pasca Lebaran daya beli masyarakat diprediksi bakal kembali melemah.
"Sekarang daya beli naik diakibatkan momen Lebaran. Setelah itu akan turun kembali. Pelonggaran kredit saya kira tidak berdampak karena masih takut kredit macet naik," ujarnya.

Jumlah sepeda motor baru yang mengaspal di jalan-jalan Indonesia pada tahun ini menyusut drastis. AISI mencatat jumlah motor baru yang terjual di Tanah Air selama Januari-Juni 2015 anjlok lebih dari 26 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Apabila pada semester I tahun lalu penjualan kuda besi mencapai 4,2 juta unit, maka pada paruh pertama tahun ini jumlahnya hanya 3,1 juta unit. Penurunan penjualan terjadi pada seluruh merek motor yang terdaftar di AISI. (gir/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER