Eropa Potensial, Ekspor Motor Diprediksi Tumbuh Berlipat

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Minggu, 19 Jul 2015 16:19 WIB
Ketua Umum AISI Gunadi Sindhuwinata mengatakan penjualan ekspor akan tumbuh terus setiap tahun dan bisa mencapai dua kali lipat karena potensi pasar Eropa.
Sejumlah sepeda motor sebelum dikirim, di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis 13 November 2014. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memprediksi jumlah ekspor pada tahun depan dapat tumbuh hingga dua kali lipat karena potensi besar di pasar Eropa yang mulai melirik penggunaan sepeda motor dengan kapasitas mesin yang kecil.

Ketua Umum AISI Gunadi Sindhuwinata mengatakan penjualan ekspor akan tumbuh terus setiap tahun dan bisa mencapai dua kali lipat. Ia menjelaskan, hal itu karena adanya pasar baru, harga yang kompetitif dan model yang cukup atraktif dan ini alternatif baru bagi mereka.

“Tahun lalu ekspor sekitar 41 ribu unit. Sementara tahun ini bisa mendekati 100 ribu unit,” ujarnya dalam acara silaturahmi Lebaran di rumah dinas Menteri Perindustrian, Jakarta, Jumat (17/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengungkapkan, pihaknya bersyukur bisa masuk ke pasar yang baru yaitu di benua Eropa. Di benua tersebut, menurutnya pasar yang potensial adalah Jerman, Belanda dan Inggris. Menurutnya, keberhasilan ekspor ini karena perpindahan pola pasar yang secara tradisional menyukai motor besar, ke sepeda motor kecil.

“Karena untuk keperluan sehari-hari lebih mudah (sepeda motor kecil). Lagipula buat mereka enteng saja, artinya dengan uang sekitar 1.000 euro sudah bisa mendapatkan motor,” jelasnya.

Kendati demikian, karena pasar domestik yang lesu, AISI kembali merevisi target penjualan pada tahun ini. Penyebabnya daya beli masyarakat yang kian meredup dan kebijakan pelonggaran uang muka kredit yang dinilai tidak berdampak signifikan.

Padahal, sebelumnya AISI udah merevisi target penjualan tahun ini dari awalnya 7,7 juta unit, menjadi 6,7 juta unit saja. "Tahun ini kami perkirakan hanya sampai 6,1 sampai 6,2 juta unit saja untuk penjualan. Hal itu turun dari target awal 7,7 juta unit pada tahun ini," ujarnya.

Terkait adanya pelonggaran kredit melalui penurunan besaran uang muka, Gunadi mengatakan hal itu tidak berdampak signifikan. Masalahnya, uang muka yang turun membuat cicilan malah bertambah besar, jika tenggat pinjaman tidak diperpanjang.

"Karena uang muka hanya turun menjadi 15 persen dari 20 persen, hal tidak berarti. Karena bagaimanapun juga konsumen tetap harus membayar cicilan tiap bulan. Sedangkan industri pembiayaan tidak bisa memperpanjang tenggat untuk kredit, misalnya dari tiga tahun menjadi lima tahun, karena mereka takut kredit macet naik," ujar Gunadi.

Senada, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pemberdayaan Daerah dan Bulog, Natsir Mansyur mengatakan, pasca Lebaran daya beli masyarakat diprediksi bakal kembali melemah. Hal itu karena tidak ada faktor penggerak ekonomi yang cukup signifikan.

“Pokoknya setelah lebaran ini semua anjlok. Penjualan mobil, motor, dan ritel turun, juga lainnya. Ya naik ini hanya karena Lebaran saja, habis itu pasti turun lagi,” ujarnya. (gir/gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER